Belajar Sejarah Mataram dari Novel SAMBERNYAWA

Judul: SAMBERNYAWA (Banjir Darah Bumi Mataram)
Penulis: Sri Hadidjojo
Penerbit: Javanica
Tebal Buku: 418 hlm.
ISBN: 978-602-6799-10-4
Peresensi: Muhammad Rifki M
*

Sinopsis

Pada tahun 1742, benteng Kerajaan Mataram Islam hancur di kartasura oleh serangan laskar Jawa dan Tionghoa. Serangan itu dipicu oleh peristiwa Geger Pacinan, pemberontak orang-orang Tionghoa terhadap Belanda di Batavia pada tahun 1740.

Dipimpin seorang bangsawan bernama Sunan Kuning, orang-orang Tionghoa yang sama-sama kecewa dengan pemerintahan Pakubuwana II, raja Mataram yang dekat dengan Belanda, pun mengobarkan pemberontakan. Sejak saat itu rakyat Mataram terbelah menjadi dua: antara yang memihak Sunan Kuning dan Pakubuwana II. Di mana-mana terjadi perang dan banjir darah.

(Baca juga: bedah buku ceros batozar tere liye)

Jatuhnya Kartasura melatarbelakangi lahirnya seorang tokoh besar tanah jawa: Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa! seorang kesatria yang disingkirkan dari istana Mataram. Setelah Sunan Kuning menguasai Kartasura, Pangeran Sambernyawa berada di persimpangan jalan. Meskipun Pakubuwana II pamannya, ia tak bisa membela karena ada belanda di belakangnya. Tetapi ia pun tak hendak memihak penguasa baru, sebab ia merasa Sunan Kunig bukan pemimpin yang diharapkannya.

Pada masa yang sangat genting itu, peristiwa demi peristiwa dialami oleh Pangeran Sambernyawa. Seseorang meracuninya hingga menyebabkan ia mati suri berhari-hari. Ketika tubuhnya lemah tak berdaya, kekuatan dahsyat berupa Tridaya Sakti justru bangkit didalam tubuhnya.Simpul-simpul pada tujuh cakra di tubuhnya terbuka dan mampu mengalirkan tenaga murni sepenuhnya.

Perjumpaan dengan rakyat yang menderita memantapkan hatinya untuk memperjuangkan keadilan.Kasih sayang dari orang-orang yang tulus membuat jiwanya semakin menyadari sesanti luhur jawa: Sura Dira Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti. Angkara murka akan lebur oleh cinta kasih!.Berkiblat pada kedilan cinta kasih, Pangeran Sambernyawa pun mempersiapkan kekuatannya untuk membebaskan rakyat jawa dari belenggu penderitaan dan penjajahan.

Kelebihan:

Novel karya Sri Hadidjojo yang berjudul Pangeran Sambernyawa (Banjir Darah Bumi Mataram) tergolong novel sejarah, sehingga ketika kita membacanya, kita bisa mengetahui sejarah yang dulu pernah terjadi di negri kita ini. Untuk kalian yang suka tentang sejarah, novel ini sangat cocok untuk kalian baca, karena novel ini disajikan sangat menarik oleh penulisnya.

Sipenulis juga menyajikan kisah romansa antara Pangeran Sambernyawa dengan para istrinya. Kisah cinta yang sangat dramatis, Pangeran Sambernyawa mengajari istrinya ilmu bela diri. Sebab Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said tidak bisa menjaga langsung istri-istrinya. Dia harus berkelana untuk membela rakyat yang tertindas, dan berjuang untuk menegakkan keadilan.

(Baca juga: bedah buku kau, aku dan sepucuk angpau merah)

Bukan hanya itu, ketika dalam perjalannya, Raden Mas Said di hujani oleh ribuan halang rintang. Mulai dari bertemu tokoh-tokoh sakti hingga terkena racun hewan berbisa yang membuat dirinya mati suri berhari-hari. Namun hal itu tidak mematahkan semangat Pangeran Sambernyawa, justru ketika ia mengalami cobaan-cobaan itu, ia malah menjadi sosok pangeran yang digdaya akan kesaktiannya.

Kekurangan:

Novel ini merupakan novel lawas yang pertama terbit tahun 1960-an. Sehingga kata-katanya agak sulit untuk dipahami bagi yang tidak terbiasa dengan sastra. Bukan hanya itu, novel ini memiliki gambar sampul yang kurang menarik, sehingga meiliki sedikit peluang untuk menarik minat sang pembaca.

Kesimpulan:

Novel ini sangat cocok untuk pembaca yang suka akan sejarah, namun juga sangat cocok untuk pembaca yang ingin tahu tentang sejarah. Novel ini disajikan dengan apik oleh penulisnya, sehingga sang pembaca bisa menikmatinya dengan berkhayal kembali ke masalalu dimana Indonesia masih dalam sistem pemerintahan kerajaan.

Penulis merupakan siswa kelas X PK MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post