Penulis: Gibran Ramadhani*
Mungkin bagi sebagian orang pecinta batik sudah tidak asing lagi dengan nama ini. Dikenal sebagai pelopor batik Indonesia. K.R.T. Hardjonagoro atau yang sering dikenal dengan nama Go Tik Swan, lahir di pada tanggal 11 mei 1931 dan wafat pada tanggal 05 november 2006.
K.R.T. Hardjonagoro atau Tik Swan (panggilan beliau saat masih kecil) diurus oleh kakeknya dari pihak ibunya, Tian Khay Sing. Sebab orang tuanya yang sibuk dengan usaha yang sedang mereka rintis.
Dimasa remajanya, K.R.T. Hardjonagoro atau tik Swan. Kuliah dijurusan ekonomi Universitas Indonesia. Namun hal itu tak berselang lama karena beliau tidak suka dengan jurusan tersebut dan beliau lebih memilih mendalami kebudayaan dan sejarah. lalu pindah ke jurusan sastra jawa Universitas Indonesia. Sempat diragukan oleh ayahnya karena ditakutkan tidak bisa mencari nafkah yang memadai dari jurusan tersebut. Dengan usaha dan tekad Tik Swan membuktikan bahwa apa yang dipikirkan oleh ayahnya salah.
(Baca juga: sulis: pelantun lagu religi dan sholawat era 90-an)
Lalu pada suatu hari beliau tampil di acara Dies Natalies Universitas Indonesia. Tik Swan dengan membawakan tarian Gambiranom. Selepas tampil, MC menerangkan bahwa yang menari tersebut adalah Tik Swan, anak fakultas sastra jawa. pak Soekarno yang menonton pun kaget sebab aneh sekali ada anak china yang mengambil jurusan sastra jawa dan bisa menari gambiranom dengan sebaik itu. Lalu diundanglah Tik Swan oleh pak presiden kekediamannya untuk berbincang masalah kebudayaan, sejarah dan semacamnya.
(Baca juga: ai khodijah: pelantun merdu huwannur karangan habib ali al-habsyi)
Mulai pertemuan itulah sejarah batik Indonesia dimulai. Saat berbincang santai dengan pak presiden, Tik Swan diperintahkan untuk mempersatukan batik. Pak presiden yang saat itu sudah menyatukan Republik Indonesia juga ingin menyatukan batik menjadi batik Indonesia. Sebab pada saat itu yang terkenal hanya batik jogja, batik bali, atau batik malang. Pak presiden ingin batik yang terkenal adalah batik milik Indonesia.
Kedekatan Tik Swan dengan kraton solo memudahkan beliau melaksanakan titah presiden. Tik Swan belajar langsung dari ibunda Susuhunan Paku Buwana XII yang memiliki banyak pola batik pusaka pada saat itu. Pola yang sudah beliau kuasai ia kembangkan sendiri dengan kekrteatifannya dengan cara menambah varian warna yang asalnya hanya coklat, biru, ataupun putih kekuningan. Namun meskipun demikian beliau tetap menjaga keoentikan dan kearifan pada batik yang sebelum-sebelumnya. Atas kegighan beliau ingga saat ini Batik Indonesia terkenal keseluruh belahan dunia.