Judul Buku : Pendaran
Pelangi Sora
Penulis : Liya
Khoiriyah
ISBN : 978-602-5803-83-3
Penerbit :
(MIGRASI) Sulur Pustaka Grup
Halaman : 14 x 21
cm, vi + 128 hlm.
Cetakan :
Cetakan I, 2020
Kategori : Novel
Pengulas : A. Faizal*
Sentuhan imaji santri selalu menarik untuk diselami lebih mendalam, apalagi dalam sebuah karya sastra. Mengapa demikian? Santri selalu punya kompleksitas dan kapasitas yang layak dinanti dalam pengembangan ide kesusastraan yang konon kekinian masih terbilang tak cukup banyak ditemukan terbaca.
Kali ini, santri Pesantren Nuris Jember yang sukses menelurkan sari pati kisah bertema keluarga cukup menarik perhatian. Sebuah novel berjudul Pendaran Pelangi Sora adalah karya yang sebenarnya cukup lama mengendap, ditulis sejak tahun 2015, namun baru diterbitkan secara nasional pada tahun 2020 akhir lalu. Di sini lah letak keajaiban yang perlu kita telisik sebenarnya, bagaimana seorang santri di masa itu menuangkan gagasan dengan diksi asyik bahkan sampai benar-benar dipublikasikan lima tahun setelahnya tetap merasuk relung pencinta sastra.
Bagaimana tak terkesan, dalam novel polesan Liya Khoiriyah ini mengisahkan “kecengilan” seorang gadis yang cerdas, dibalut kompleksitas keluarga yang getir, hingga tragedi-tragedi tak terduga bermunculan, yang akan membuat jantung pembaca berdegub kencang dan tak mau berhenti membaca sampai tuntas dalam sekali baca.
(baca juga: Mengupas Tuntas Keseruan Novel Negeri 5 Menara)
Loh, ini kan novel, apa mungkin bisa tuntas sekali baca dalam sekali duduk? Sangat mungkin, inilah kemahiran penulis novel yang merangkai setiap peristiwa dalam bagian-bagian yang mengejutkan. Perlu dicatat, ini adalah karya seorang santri yang kala itu dipenuhi imaji sudah mampu memberikan nuansa asyik dalam penceritaan.
Meski dalam hasil terbitan tampak beberapa tipo, yang cukup menggangu pembaca. Barangkali dapat dimaklumi, sehingga perlu ada terbitan edisi revisi, agar kemenarikan kisah getir keluarga yang berakhir dengan derai air mata ini dapat dinikmati banyak orang. Pesan penting dalam novel ini adalah menjadi kuat untuk membahagiakan orang sekitar tak perlu menjadi sempurna dulu, apa pun yang dapat diberikan, ikhlaskan saja.
Para pencinta sastra, khususnya para santri sudah selaiknya membaca buku alumni MA Unggulan Nuris Jember ini sebagai sebuah apresiasi. Penting, siapkan tisu ketika mengakhiri bacaan novelnya ya gaes. Asli dramatic banget.[]
*penulis adalah staff pengajar bahasa dan sastra Indonesia di MA Unggulan Nuris