Masjid Nabawi: Berawal dari Rumah Nabi sampai Tangisan Pohon Kurma

Penulis: Rosan Kelvino Andre*

Masjid an-Nabawi adalah sebuah masjid yang didirikan secara langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Masjid ini berlokasi di pusat kota Madinah, Arab Saudi. Masjid Nabawi merupakan masjid ketiga yang dibangun dalam sejarah Islam dan kini menjadi salah satu masjid terbesar di dunia. Masjid ini menjadi tempat paling suci kedua dalam agama Islam, setelah Masjidil Haram di Mekkah.

Masjid ini sebenarnya merupakan bekas dari rumah Rosulullah SAW yang beliau tinggali setelah hijrah ke Madinah pada tahun 622 M. Dan dulu, bangunan masjid ini sebenarnya di bangun tanpa atap, dan juga Masjid pada saat itu dijadikan tempat berkumpulnya masyarakat, majelis, dan sekolah agama.

(Baca juga: sejarah perang badar dalam kemenangan islam)

Pada saat itu panjang masjid adalah 70 hasta dan lebarnya 60 hasta atau panjangnya 35 m dan lebar 30 m. Kala itu Masjid Nabawi sangat sederhana, kita akan sulit membayangkan keadaannya apabila melihat bangunannya yang megah saat ini. Lantai masjid adalah tanah yang berbatu, atapnya pelepah kurma, dan terdapat tiga pintu, sementara sekarang sangat besar dan megah.

Area yang hendak dibangun Masjid Nabawi saat itu terdapat bangunan yang dimiliki oleh Bani Najjar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Bani Najjar, “Wahai Bani Najjar, berilah harga bangunan kalian ini?” Orang-orang Bani Najjar menjawab, “Tidak, demi Allah. Kami tidak akan meminta harga untuk bangunan ini kecuali hanya kepada Allah.” Bani Najjar dengan suka rela mewakafkan bangunan dan tanah mereka untuk pembangunan Masjid Nabawi dan mereka berharap pahala dari sisi Allah atas amalan mereka tersebut.

Awalnya Nabi berkhutbah di atas potongan pohon kurma kemudian para sahabat membuatkan beliau mimbar, sejak saat itu beliau selalu berkhutbah di atas mimbar.

(Baca juga: sejarah tasbih)

Dari Jabir radhiallahu ‘anhu bahwa dulu Nabi SAW saat khutbah Jumat berdiri di atas potongan pohon kurma, lalu ada seorang perempuan atau laki-laki Anshar mengatakan, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami membuatkanmu mimbar?” Nabi menjawab, “Jika kalian mau (silahkan)”. Maka para sahabat membuatkan beliau mimbar. Pada Jumat berikutnya, beliau pun naik ke atas mimbarnya, terdengarlah suara tangisan (merengek) pohon kurma seperti tangisan anak kecil, kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendekapnya. Pohon itu uterus ‘merengek’ layaknya anak kecil. Rasulullah mengatakan, “Ia menangis karena kehilangan dzikir-dzikir yang dulunya disebut di atasnya.” (HR. Bukhari).

Beberapa tahun setelah masjid Nabawi dibangun, Masjid ini pun mengalami perkembangan. Pada 707, Khalifah Umayyah Al-Walid ibn Abd al-Malik merenovasi masjid. Renovasi ini memakan waktu tiga tahun untuk menyelesaikannya dan bahan-bahan materialnya berasal dari Bizantium. Wilayah masjid diperbesar dari 5094 meter persegi pada masa Utsman bin Affan menjadi 8672 meter persegi. Sebuah tembok dibangun untuk memisahkan masjid dan rumah istri Nabi Muhammad. Masjid direnovasi dalam sebuah bentuk trapesium dengan panjang lebih dari 100 m.

Khalifah Abbasiyah Al-Mahdi memperluas masjid ke utara sebanyak 50 meter. Lalu pada saat penguasaan Sultan Mehmed II, kubah dicat menjadi warna hijau dan dikenal dengan nama “Kubah Hijau”. Bangunan ini memiliki atap rata dengan 27 kubah yang dapat digeser. Lubang di atas langit-langit masjid merupakan salah satu kubah yang mengiluminasi interior. Atap juga digunakan untuk salat ketika memasuki masa puncak, ketika kubah bergeser di atas jalur besi menuju bagian pinggir atap, membuat cahaya tambahan masuk menuju ruang salat utama. Wilayah halaman sekitar masjid juga digunakan untuk salat, dilindungi oleh payung-payung besar. (ros/jai)

Sumber gambar: beritasatu.com

Penulis merupakan siswa kelas X Axioo SMK Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post