Penulis: Weni Maftukhah*
Matahari mulai menyinari alam jagad raya, dan orang orang keluar rumah untuk melakukan aktifitas paginya. Begitupun para santri di PP. Nurul Iman bersiap siap pergi mengaji di masjid bersama kyai Husnan. Namun disisi lain berbeda denga Ayna yang hendak berangkat ke dhalem untuk melaksanakan kewajibannya sebagai seorang khaddam. Ayna adalah seorang anak yatim yang tinggal mati oleh ayahnya ketika dia masih berada dalam kandungan. Dia hanya tinggal seorang diri, Ayna berasal dari keluarga yang tidak mampu, tetapi dengan kecerdasannya ia bisa bersekolah di PP. Nurul Iman dengan jalur beasiswa.
“Mbak Ayna ayo cepat ke dhalem ini sudah waktunya kita bersih bersih” ujar lastini, teman Ayna yang juga menjadi seorang khaddam.
“Iya ini, sebentar.” Jawab Ayna dengan langkah tergesa-gesa.
Sesampainya di dhalem, Ayna dan Latini sudah disambut dengan pekerjaan-pekerjaan yang menumpuk seperti mencuci pakaian, menyapu, mengepel, dan membersihkan bagian dhalem yang lainnya. Ketika menyapu dhalem Ayna dikejutkan dengan kedatangan Nyai Salma.
“Ayna, berhenti dulu kamu bersih-bersih itu ada ibumu di depan tempat pengiriman.” Ucap Nyai Salma dengan ramah.
“Iya Nyai. Terima kasih, saya izin dulu.” Jawab Ayna dengan sopan.
“Iya-iya.” Balas Nyai Salma.
Ayna akhirnya sampai di tempat pengiriman santri. Ayna sangat bahagia ketika melihat ibunya karena baru kali ini ia dikirim setelah 6 bulan berada di pesantren.
“assalamualaikum ibu” salam Ayna dengan wajah yang berseri.
“waalaikumsalamAyna, ya Allah Ayna sehat kamu nak.” Jawab ibunya tak kalah senangnya dengan Ayna.
“Alhamdulillah Ayna sehat bu, ibu bagaimana sehat?” ucap Ayna dengan mata berkaca kaca
“ibu sehat nak, kamu tidak usah khawatir sama ibu. Disini kamu fokus saja dengan sekolahmu dan tugasmu sebagai khaddam.” Ujar ibu dengan senyum yang terus mengembang. Ayna hanya menjawab dengan anggukan
“ini ibu bawakan makanan dan jajan kesukaanmu.” Ujar ibu sambil menyodorkan kiriman
“iya bu, sebentar ya bu, aku berikan makananku ini untuk temanku, soalnya dia tadi belum sarapan.” Jawab Ayna
“tapi Ayna kalau itu di berikan ke temanmu, kamu makan apa nak??”cegat ibu
“bu, Ayna sudah makan.kadihan temanku dia belum sarapan. Kan masih ada jajan bu,” ucap Ayna dengan bijaksana.
(baca juga: Sebuah Kisah tentang Kresek)
“bu, ibu ingat sahabat Nabi yang bernama Abu Bakar. Abu Bakar itu sosok sahabat yang sangat dermawan. Beliau rela mengeluarkan hartanya untuk dakwah Nabi. Beliau rela miskin hanya untuk memperjuangkan agama Allah. Ayna ingin seperti itu bu, seperti Abu Bakar yang selalu bersodaqoh untuk agama Allah dan Ayna yakin Allah tidak pernah tidur. Allah selalu melihat gerak gerik ummatnya. Bu, rezeki, jodoh, dan kematian itu sudah di atur oleh Allah. Jadi ibu tidak perlu khawatir akan rezeki Ayna.
“iya Ayna, ibu selalu yakin atas rezeki yang diberikan Allah kepada kita.” Jawab ibu dengan tersenyum
Hari semakin berganti, ujian akhir pun sudah di depan mata, para santri di PP. Nurul Iman pun mulai sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapiujian. Begitupun dengan Ayna dan Lastini, meskipun mereka seorang khaddam belajar itu nomer satu. Mereka selalu belajar disela sela kesibukannya.
“Ayna, aku capek belajar, aku nanti buat kerpean aja ya,” keluh Lastini
“jangan In, mencontek itu tidak baik.” Jawab Ayna
“tapi kan anak-anak banyak yang menyontek.” Keluh Lastini lagi
“ini, menjadi seorang khaddam itu bukan penghalang untuk malas belajar. Harusnya kita tunjukkan kita itu bisa dengan tanpa menyontek, walalupun kita sering ketinggalan materi pelajaran.” Ujar Ayna
“Iya Ayna, tapi……
“Lastini sudah Kamu jangan mengeluh saja, kita harus belajar dan berdoa untuk ujian besok. Kita harus menjadi orang jujur apapun yang terjadi. Jaman sekarang itu orang jujur susah di cari. Nabi dan sahabat sahabatnya itu selalu mencontohkan kepada umat manusia untuk bersikapjujur. Yakin sama aku, kalau kita jujur pasti kita akan sukses. Karena jujur itu penting, apalagi di era sekarang, jaman sekarang itu jaman edan.” Ujar Ayna dengan bijak. Dan Lastini hanya menjawab dengan anggukan.
Setelah seminggu melaksanan ujian, akhirnya yang di tunggu tunggu pun terjadi yaitu yaitu pembagian raport, setelah itu pulangan atau liburan semester. Setelah semua raport di bagikan kepada para santri, semua sanrei kembali ke kamar masing masing begitupun dengan Ayna dan Lastini.
Mereka pun juga harus kembali ke dhalem untuk melaksanakan kewajibannya.
Ketida dalam perjalanan menuju dhalem
“Ini, gimana hasil raportmu?” Tanya Ayna
“Alhamdulillah Ayna, nilaiku naik begitupun peringkatnya.” Jawab Lastini dengan gembira
“Alhamdulillah aku seneng dengernya.” Ucap Ayna
“Ya sudah ayo kita bersih bersih.” Ajak Lastini
“Ayo” jawab Ayna
Ketika sampai di dhalem Ayna dipanggil Nyai Salma diruangannya
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam, masuk Ayna.” Jawab Nyai Salma
“Ayna, Kamu sekarang ikut saya, sana kamu siap siap dulu.” Ucap Nyai Salma
“Enggeh.” Jawab Ayna dengan kepala yang tetap menunduk.
(baca juga: Sajadah Cintaku)
Akhirnya Kyai Husnan, Nyai Salma dan juga Ayna mengendarai mobil menyusuri indahnya desa. Tetapi Ayna masih bingung dia mau di ajak kemana dan kenapa wajah Nyai Salma tampak sedih. Dan tanpa aku sadari ini adalah jalan pulang ke rumah. Tetapi Ayna tak berani bertanya dan akhirnya rombongan Kyai Husnan sampai.
“Ayo Ayna kita turun.” Ajak Kiai Husna
“Ini ruma Ayna, tapi kenapa kok rame dan juga kenapa banyak orang yang menangis.” Ucap Ayna dalam hati
Ayna sampai di dalam rumah dan betapa terkejutnya Ayna bahwa ibunya sudah terbujur kaku di rumah bagian tengan. Ayna langsung berhambur kepelukan ibunya yang sudah terbujur kaku dan menghiraukan panggilan saudara saudaranya. Tangis Ayna pecah. Ayna tak kuat menahan air mata melihat ibunya. Sedangkan Nyai Salma senantiasa berada di samping Ayna untuk menguatkannya.
“Ayna yang sabar ya, Allah pasti punya rencana yang lain. Ayna harus tabah menghadapi cobaan. Aya ingat Bilal bin Rabah kan, beliau adalah sahabat yang begitu tabah, ketika dia disiksa oleh majikannya, Bilal selalu sabar dan tabah. Karena Bilal yakin Allah pasti akan menolongnya. Begitu pun kamu, kamu harus yakin bahwa Allah punya rencana lain yang indah untuk kamu.” Bisik Nyai Salma
“iya Nya, teima kasih sudah menasehati Ayna, Ayna sudah ikhlas jika ini yang terbaik buat ibu dan Ayna.” Jawab Ayna dengan tanpa mengurangi kesopannya.
Hari berganti dengan minggu, minggu menjadi bulan, bulanpun berganti menjadi than. Dimana sekarang Ayna berdiri di depan para santrinya. Ya Ayna sekarang menjadi seorang Nyai, ia dinikahkan dengan putranya Nyai Salma dan Kiai Husnan. Berkat dermawan, jujur, selalu khusnudhon kepada Allah, Ayna sekarang di kenal sebagai seorang Nyai besar. Kesuksesan itu tidak memandang nasab. Kekayaan kecantikan tapi bagaimana proses kita menuju kesuksesan, bagaimana kita melatih diri kita untuk menjadi orang sukses. Karena Allah selalu mempunyai rencana yang indah untuk kita. Di masa depan, seperti kisah Ayna si bidadari bernapas surga.[]
*penulis adalah alumnus MA Unggulan Nuris Jember tahun 2021, berprestasi di bidang bahasa, kini sedang menjalani pesantren tahfizul Qur’an