Antologi Cerpen Berlatar Sosial Karya Siswa MA Unggulan Nuris

Seduh Kopimu Nikmati Karya Bersamaku

Judul buku: Elegi Lintang, Asap Kopi Bromo, dan Bunga Edelweis
Penulis: Alya Latifatul, Dkk
Penerbit: AE Publishing
Tahun terbit: 2021
ISBN: 978-623-306-284-8
Peresensi: Devita Wulan*

Buku antalogi Cerpen Elegi Lintang, Asap Kopi Bromo, dan Bunga Edelweis ini merupakan buku antalogi karya siswa MA Unggulan Nuris, yang berisi 23 cerita pendek karya siswa. Beberapa judul dalam buku ini juga pernah mengikuti lomba menulis cerpen, baik di tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional.

Cerpen-cerpen dalam antalogi ini berlatar cerita tentang kehidupan sosial, tokoh-tokoh yang diangkat di dalamnya juga memiliki karakter yang kuat.

Salah satu cerpennya yang berjudul Elegi Lintang, Asap Kopi Bromo, dan Bunga Edelweis bercerita tentang sosok tokoh utama yang disebut “kakek tua”, berlatar di kaki Gunung Bromo, sang kakek tua yang tinggal sebatang kara di sebuah pondok kecil, yang di depannya tumbuh bunga-bunga adelweis dengan gagahnya.

(Baca juga: mahabah bianglala, kisah tentang cinta kasih keluarga)

Ceritapun flashback ke masa kecil sang kakek tua yang ternyata bernama Lintang. Lintang kecil selalu bertanya kepada ibunya kemana sang bapak pergi? Apa yang bapaknya kerjakan hingga larut malam belum pulang? Dan sang ibu hanya menjawab “kalau kamu sudah jadi orang dewasa, kamu akan tau,”

Lintang kecil menyerah, dan ketika ia dan ibunya sudah tertidur terdengar suara pistol dari luar rumahnya, dan teriakan perncuri, Lintang ketakutan, namun sang ibu sigap menenangkannya.

Ibu Lintang pun bergegas mengecek apa yang sedang terjadi, ternyata seeorang telah mencuri bunga adelweis, sumber kehidupan warga desa.

Cerpen lain dalam antalogi ini berujul, Karun, Koran dan Korona, berkisah tentang sosok Karun yang kesehariannya menjual Koran di lampu merah, sosok Karun digambarkan seorang rakyat Indonesia biasa yang hidup sederhana dan apa adanya. Setiap hari pekerjaannya adalah menjual Koran, yang baginya itu ada sumber pengetahuan.

(Baca juga: antalogi cerpen kerinduan dan indahnya kidung kenangan masa lalu)

Dari Koran juga ia tahu bahwa angka kematian korban covid 19 di Indonesia, semakin tinggi. Dan pemerintah menghimbau kepada rakyat untuk patuh akan Prokes di era pandemic covid-19.

Hingga suatu ketika Karun yang sedang berjualan Koran di lampu merah bertemu dengan orang kaya bermobil yang mengolok-oloknya karena patuh pada Prokes yang dicanangkan oleh pemerintah, ia marah dan memberikan Koran gratis kepada orang tersebut.

Sudut pandang sosial sangat kental dalam antalogi cerpen Elegi Lintang, Asap Kopi Bromo, dan Bunga Edelweis ini, membuka mata kita bahwa sebagai manusia kita hidup bersama-sama. Banyak sekali hal-hal di sekitar kita yang kadang luput dari perhatian kita. Lewat antalogi ini kita bisa belajar banyak hal.

Selain itu, antalogi karya santri MA Unggulan Nuris ini juga memiliki sampul buku yang menarik, berwarna hijau dengan gambar ladang teh/kopi yang terhambar luas di pegunungan, serta secangkir kopi. Membuat pembaca tertarik untuk menikmati cerita sembari menyeduh kopi.

Peresensi merupakan guru Bahasa Indonesia MTs Unggulan Nuris

Related Post