Keempat: Mencari Rida Keduanya
وَاللهِ يَـــلْزَمَنَّكَ اسْتِرْضَاهُمَـا رِضَا إِلـٰـــهِ الْخَلْقِ فِى رِضَاهُمَــا
Sungguh kita wajib mencari ridanya
Rida Allah bersama dengan ridanya
Syarah:
Kewajiban selanjutnya adalah mencari keridaan dari kedua orang tua. Inilah tujuan akhir yang ingin kita capai dengan bertata krama kepada kedua orang tua. Semegah apapun rumah kita, sesukses apapun usaha kita, akan percuma jika kita tidak mendapatkan rida dari Allah Swt; sedang kunci pembuka rida Allah Swt adalah rida kedua orang tua.
Kata As syaikh Nashr bin Muhammad bin Ibrahim as Samarkandi:
قَدْ ذَكَرَ اللهُ فِي جَمِيْعِ كُتُبِهِ فِي التَّوْرَةِ وَالْإِنْجِيْلِ وَالزَّبُوْرِ وَالْفُرْقَانِ وَقَدَ أَمَرَ فِي جَمِيْعِ كُتُبِهِ وَأَوْحَى إِلَي جَمِيْعِ الْأَنْبِيَاءِ وَأَوْصَاهُمْ بِحُرْمَةِ الْوَالِدَيْنِ وَمَعْرِفَةِ حَقِّهِمَا وَجَعْلِ رِضَاهُ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطِهِ فِي سُخْطِهِمَا (تنبيه الغافلين : ص. 44)
Allah Swt telah menyebutkan didalam semua Kitab suciNya, yakni dalam Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an dan telah memerintahkan disemua kitabNya juga mewahyukan kepada semua Nabi serta berwasiat kepada mereka untuk menghormati kedua orang tua, dan mengetahui hak-haknya, dan Allah Swt menempatkan ridlaNya didalam ridla mereka, dan murkaNya didalam murka keduanya (Thanbihul Ghafilin, Hal. 44)
(baca juga: Hujjah Aswaja: Al Barzanji Pengarang Sholawat Al Barzanji)
Ada cerita penuh hikmah tentang nilai berbakti kepada kedua orangtua, sebagaimana diriwayatkan oleh Anas ibn Mâlik Ra:
عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : أَتَى رَجُلٌ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ إِنِّى أَشْتَهِى الْجِهَادَ وَإِنِّى لاَ أَقْدِرُ عَلَيْهِ. فَقَالَ هَلَ بَقِىَ أَحَدٌ مِنْ وَالِدَيْكَ؟ قَالَ أُمِّي. قَالَ فَاتَّقِ اللهَ فِيْهَا؛ فَإِذَا فَعَلْتَ ذٰلِكَ، فَأَنْتَ حَآجٌّ وَمُعْتَمِرٌ وَمُجَاهِدٌ؛ فَإِذَا دَعَتْكَ أُمُّكَ، فَاتَّقِ اللهَ وَبِرَّهَا (رواه البيهقي في شعب الايمان)
Diceritakan dari Mâlik ibn Anas Ra bahwa (suatu ketika) datang seseorang kepada Rasulullah Saw, sembari mengadu, “Ya Rasul, saya sangat ingin berjihad, tapi saya tidak mampu.” Rasulullah Saw bertanya, “Kamu masih ada orangtua?”
“Ada, ya Rasul. Ibu saya.”
“Bertakwalah kepada Allah dalam (berbuat baik pada) ibumu; jika engkau lakukan itu, maka kamu sama dengan orang yang berhaji, berumrah, dan berjihad. Maka, jika ibumu memanggil, bertakwalah kepada Allah dan berbuat baiklah pada ibumu!” (HR. Baihaqi fi Syu’bil Iman)
Nabi Muhammad Saw juga bersabda:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: رِضَى اللهِ فِي رِضَى الْوَالِدَيْنِ، وَسَخَطُ اللهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدَيْنِ. (رواه إبن شاهين)
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Rida Allah (berada) dalam rida kedua orangtua; dan murka Allah pun (berada) dalam murka kedua orangtua.” (HR. Ibnu Syahin)
Ringkas kata, tidak perlu jauh-jauh mencari rida Allah Swt. Kita hanya perlu bertanya apakah orang tua kita sudah rida kepada kita. Jika keduanya tidak rida, jangan harap Allah Swt akan rida. Tapi jika keduanya rida, maka berbahagialah; engkau telah mendapatkan segala-galanya. Sebab, kunci kebahagiaan Dunia-Akhirat ialah rida kedua orang tua.[AF.Editor]
*terjemahan Kitab Tarbiyatus Shibyan oleh KH. Muhyiddin Abdusshomad, Syaikhul Ma’had Pesantren Nuris Jember