Penulis: Syauqah Finnajah*
Bersimpuh dalam lautan khilaf
Bersenandung lara bersama luka tersayat
Menghunjam bebatuan keras dengan lahar panas
Aku tahu, dan aku sangat tahu itu
Gulana itu menyusup dalam celah keresahan
Mengaduk risau yang berlumur penyesalan
Tak sedikitpun otak berkata jijik
Menghancurkan takdir indah yang seharusnya ada
Tanah gersang mulai menjalar
Merusak hutan-hutan kehidupan
Tidakkah risalah hatiku tersampaikan
Benda kecil perusak mimpi itu
Terselundup memasuki kerongkongan hidupmu
Menyatu pada darah dan menglir membawanya keseluruh tubuh
(baca juga: Elegi Halu di Suatu Malam)
Kau masukkan begitu saja tanpa ada batu pengganjalnya
Bisakah kau menghentikannya?
Andai saja kau punya otak
Pasti kau akan berfikir akan masa indahmu
Dan kini telah kau rusak,
Serusak jalanan beraspal oleh gempa bumi
Setandus gurun Sahara
Mungkin jika aku memilih
Aku akan membunuhmu saja
Dari pada membiarkan tubuh yang telah mati
Memenuhi celah-celah negeriku
Yang akan indah sampai waktu berhenti berjalan
Jember…
*Alumnus Pesantren Nuris Jember, penikmat sastra