Artikel 6: Wujudkan Digitalisasi Pendidikan Yang Berkarakter Melalui Digital

Penulis : Putri Utami Octavia

Perkembangan teknologi terjadi karena manusia menggunakan akal dan pikirannya untuk menyelesaikan problematika kehidupan yang semakin kompleks. Segala aspek kehidupan pun turut terjamah kemajuan teknologi yang kemudian secara otomatis ‘menyeret’ masyarakat menuju ke arah globalisasi. Bisa dikatakan bahwa dengan kemajuan teknologi informasi tak dapat lepas dari istilah digitalisasi yang tak lengkap tanpa menyinggung gadget. Gadget yang sedang marak pada saat ini adalah smartphone. Di era globalisasi, teknologi internet menjadi media yang digdaya dalam mengembangkan pendidikan di berbagai belahan dunia. Hampir setiap kegiatan pembelajaran di sekolah melibatkan teknologi informasi. Mulai dari penyampaian materi, pemberian tugas, hingga komunikasi antar guru dengan murid juga melibatkan internet. Hal ini akan terlihat juga dari bagaimana pelajar akan berpikir kreatif dengan memanfaatkan teknologi internet untuk mencari informasi apa saja yang diinginkan.

Namun layaknya kutub magnet berseberangan, gadget dalam hal ini selain menawarkan berbagai kemudahan sebagai sisi positifnya juga tak terlepas dari dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Hal ini menjadi sorotan khusus di kalangan para pelajar MA Unggulan Nuris. Annisa Yulya R, Anin Azka I, dan Faiz Ichawanul ingin menyolusikan hal ini melalui penelitian yang mereka tuangkan dalam karya ilmiah dengan judul “WUJUDKAN DIGITALISASI PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER MELALUI DIGITAL”.  Karya ilmiah ini tentunya akan membawa banyak dampak positif pada semua kalangan.

“Melihat perilaku kaum milenial yang semakin acuh tak acuh pada lingkungan sosial membuat kita tertarik melakukan penelitian ini agar dapat memberikan pandangan dan jalan keluar kepada masyarakat,” Tutur Annisa, Senin (19/02/2024)

Mereka juga menyampaikan bahwa munculnya beberapa dampak negatif yang paling menonjol pada penggunaan gadget pada pelajar adalah berkurangnya daya kreativitas, hilangnya kemampuan berkomunikasi serta kecenderungan akan hal pornografi. Hal ini karena penggunaan gadget yang tidak tepat dalam rentan waktu yang lama dan berulang kali dapat menyebabkan adiksi sehingga pada kemudian hari menimbulkan berbagai dampak negatif.

(Baca juga: ARTIKEL 5: Implementasi IoT Dalam Akuisi Data Ukur Suhu Menggunakan Arduino dan Sensor Lm35 Berbasis Proteus 8 Professional)

“Peran orang tua sangat penting dalam perkembangan teknologi saat ini. Bagi kaum generasi Z, mereka tetap dapat memanfaatkan digitalisasi dengan tetap hidup dalam keramahan sosial. Mereka juga dapat berpendidikan tinggi dan beretika mulia. Sedangkan bagi para orang tua terutama pendidik. Mereka dapat dengan mudah mengawasi anak-anak dan mengontrol tingkah laku mereka dengan memanfaatkan modernisasi,” Ujar Faiz.

Pada zaman modern ini tentunya kita tak asing dengan fenomena “generasi micin” yang muncul belum lama ini. Secara implisit, fenomena tersebut juga menggambarkan maraknya penggunaan gadget di Indonesia yang kurang efektif atau hanya untuk hiburan yang tidak begitu penting. Kemajuan teknologi juga dapat menghambat perkembangan budaya baca para pelajar. Apalagi, gadget lebih banyak digunakan sebagai media hiburan ketimbang alat untuk mengakses informasi bernilai edukasi. Namun, banyak yang beranggapan bahwa hal tersebut sudah tidak mampu lagi untuk diatasi atau dicarikan jalan keluar. Kekhawatiran terhadap dampak negatif penggunaan gadget sebenarnya telah dirasakan oleh banyak pihak.

Mengatasi hal ini beberapa sekolah pernah memberlakukan aturan tentang pelajar yang tidak diperkenankan membawa gadget ke sekolah. Ada pula versi peraturan yang lebih fleksibel, yakni para pelajar diperkenankan membawa gadget dengan syarat gadget tersebut hanya dapat difungsikan untuk menelepon dan berkirim pesan singkat dan tidak terdapat fitur-fitur untuk mengakses internet di dalamnya. Namun, jika untuk diberlakukan saat ini peraturan tersebut terlalu konvensional dan tentunya tidak efektif sama sekali.

Ada jalan lain yang lebih baik, yaitu digital detox yang biasa kita lihat di mana seseorang menahan untuk tidak menggunakan perangkat elektronik seperti, smartphone atau komputer sebagai salah satu kesempatan mengurangi stres dan fokus pada interaksi sosial di dunia nyata. Mengenai digital detox, masyarakat di beberapa negara sudah mulai berupaya mengurangi kecanduan penggunaan gadget.

Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan harus mulai memikirkan akar permasalahan ini dan solusi yang dapat dilakukan. Pengadaan program digital detox dapat dikonsep sedemikian rupa dengan konsep kreatif dan inovatif. Bahkan, jika memungkinkan siswa tak merasa didoktrin, tetapi lebih ke arah membangun kesadaran bersama akan pentingnya manajemen yang baik dalam menggunakan gadget. Sinergitas seluruh pihak yang bersangkutan sangat diharapkan demi tercapainya pendidikan yang berkarakter di era globalisasi.

Penulis artikel merupakan guru Bahasa Indonesia SMP Nuris Jember

Related Post