Resensi Karya Sastra : Santri Taat Aturan

Judul Buku                : Kisah Hidup Tentang Sayup Redup

Judul Karya              : Santri Taat Aturan

Penulis                        : Achmad Dzaki Yahya Nuriansyah

Penerbit                     : AE Publishing

Tahun terbit              : Cetakan Pertama, November 2021

Jumlah Halaman      : 251 halaman

Halaman Karya        : 1-2

ISBN                           : 978-623-306-529-0

Peresensi                    : Putri Utami Octaviya, S.Pd

Sinopsis:

Asna Asyifa’ sebagai tokoh utama dalam cerpen ini menggambarkan seorang anak laki-laki yang sedang tumbuh dalam usia remaja. Seorang lelaki yang sedang mencari jati diri dan menimba ilmu di salah satu pondok pesantren ternama yaitu PP Nurul Islam Jember. Siapa yang  tak tahu tentang kemegahan dan ribuan prestasi yang telah diraih oleh siswa-siswi Nuris. Asna memulai perjalanan pendidikan di pondok pesantren ini pada tahun 2018. Seperti yang telah kita ketahui bahwasanya pada tahun itu virus mematikan yang dikenal dengan COVID-19 telah menyerang dunia bahkan sampai ke wilayah terpencil.

Banyak sekali dampak negatif yang dirasakan masyarakat. Terutama oleh para pendidik dan peserta didik. Salah satu dampak negatifnya adalah di mana semua siswa harus melaksanakan proses pembelajaran secara online. Tetapi ada beberapa wilayah yang tetap melaksanakan pembelajaran dengan tatap muka. Tentunya banyak peraturan yang harus ditaati oleh siswa agar tidak terkena virus berbahaya ini. Tak banyak yang penulis ceritakan tentang kehidupan di pondok. Ia hanya menceritakan betapa pentingnya menaati peraturan pondok yang sangat penting demi keselamatan nyawa masing-masing.

(Baca juga: Resensi Karya Sastra: Otak Pemikir Panji Nusantara)

Dalam menuntut ilmu, Asna memiliki seorang teman dekat yang bernama Ikhsan. Karakter Ikhsan yang diceritakan dalam cerpen ini memiliki perbedaan yang signifikan. Asna dibentuk dengan karakter yang sangat disiplin dan selalu taat peraturan, sedangkan Ikhsan memiliki karakter yang menyeleweng. Salah satu sikap yang menonjol dan tidak patut ditiru dari tokoh Ikhsan adalah keputusannya dalam menjalani hari-hari di pondok dengan tidak menaati peraturan salah satunya yaitu melakukan 3M (menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun). Tak hanya hal itu, Ikhsan juga malas dalam berolah raga. Padahal salah satu cara untuk terhindar  dari virus COVID yaitu dengan berjemur di pagi hari. Hingga pada suatu ketika akhirnya Ikhsan pun tersadar betapa pentingnya menaati semua peraturan di pondok demi keselamatan nyawanya.

Kelebihan:

Penulis menitikberatkan gambaran dan kebahasaan yang sangat dijiwai penulis sehingga membuat pembaca kagum. Dan membuat pembaca terinspirasi. Terutama pada akhir alinea yang mulai terlihat ciri penulis yang menggambarkan cerita dapat berakhir dengan hal apa pun, tak harus sedih ataupun senang.

Kelemahan:

Cerita ini memiliki plot yang mudah ditebak pembaca. Konflik yang disajikan pun juga sangat singkat hingga menuju penyelesaian masalah. Bahkan bahasa yang digunakan pun kurang menjadi bumbu-bumbu keistimewaan dalam cerita.

Related Post