Bahasa Bukan Sekadar Alat Komunikasi, Ia adalah Jati Diri Bangsa
Pesantren Nuris – Di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan cara berbahasa generasi muda, SMA Nuris Jember ingin menjaga keutuhan Bahasa dan Sastra Indonesia. Komitmen ini diwujudkan dengan keikutsertaan guru Bahasa Indonesia, Ibu Rina Yuastri, S.Pd, dalam Bimbingan Teknis Peningkatan dan Penyusunan Modul Ajar Bahasa dan Sastra Indonesia yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, bertempat di Hotel Montana Dua Malang.
Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari, sejak tanggal 22 hingga 24 Juli 2025 ini, diikuti oleh 114 guru Bahasa Indonesia dari berbagai SMA/SMK se-Jawa Timur. Kegiatan ini bertujuan agar para pendidik mampu menjadikan pelajaran Bahasa Indonesia tetap relevan, menarik, dan menyenangkan di tengah gempuran media sosial, budaya instan, serta dominasi bahasa asing.
Kepala Dindik Jatim, Bapak Aries Agung Paewai, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pelatihan ini adalah bagian dari upaya merawat bahasa Indonesia yang mulai terkikis akibat budaya luar dan pola komunikasi digital yang serba instan.
“Bahasa Indonesia adalah jati diri kita. Jangan sampai kita lebih menghormati bahasa asing daripada bahasa kita sendiri,” tegasnya.
Salah satu fokus utama dalam pelatihan ini adalah penerapan pendekatan deep learning untuk pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SMA kelas X, XI, dan XII. Pendekatan ini tidak lagi bertumpu pada hafalan, melainkan mendorong siswa untuk memahami secara mendalam tentang struktur, makna, dan konteks bahasa, serta menjadikan sastra sebagai media pembentukan karakter siswa.
[Baca juga : Jadikan Amanah sebagai Khidmah, Alumni Cerdas SMA Nuris Jember Jabat Ketum IMAN Masa Bakti 2025—2027)Pelatihan ini juga memperkenalkan Plotagon, sebuah aplikasi berbasis digital yang memungkinkan guru dan siswa menciptakan alur cerita dengan animasi interaktif. Aplikasi ini menjadi solusi dalam menciptakan media ajar yang sesuai dengan karakteristik siswa masa kini. Melalui Pentagon, siswa dapat membuat cerita, menambahkan elemen visual, dan menyusun narasi digital. Hal ini menjadikan proses belajar bahasa dan sastra lebih menarik, kolaboratif, dan bermakna.
Sesi paling berkesan menurut Bu Rina adalah saat materi yang disampaikan oleh seorang penyair sekaligus dosen di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Dr. Tengsoe Tjahjono. Beliau mengajarkan teknik pengajaran sastra, khususnya puisi. Dari pemilihan diksi, irama, hingga penjiwaan, para guru diajak menghidupkan kembali puisi sebagai media ekspresi yang sarat makna dan keindahan. Beliau mengajak para guru untuk menghidupkan kembali puisi sebagai ekspresi keindahan, kritik sosial, dan spiritualitas.
“Puisi bukan hanya karya sastra, tetapi juga suara batin. Saat diajarkan dengan cara yang tepat, anak-anak bisa belajar empati, kepekaan, bahkan kejujuran emosional,” ungkap Bu Rina.
Dengan mengikuti Bimtek Penyusunan Modul Ajar Bahasa dan Sastra bersama Dinas Pendidikan Jawa Timur, SMA Nuris Jember kembali membuktikan komitmennya sebagai lembaga pendidikan yang mampu mengikuti perkembangan zaman dengan tetap menjaga nilai-nilai budaya dan kebangsaan. [RY.Red]