Diskusi Kehidupan Wanita dalam Menghadapi Pergaulan Masa Kini
Pesantren Nuris – Jember, 26 Oktober 2025, suasana Masjid Yasmin Nur, yang berdiri megah di kompleks Pesantren Nuris Jember, sore itu terasa begitu teduh dan khusyuk. Lantunan ayat suci Al-Qur’an menggema lembut membuka acara Sema’an Ingatan khusus santri putri. Di tengah keheningan itu, hadir sosok istimewa dari negeri jiran yang bernama Adziah Abd Aziz. Beliau adalah seorang pendidik dan penulis sastra asal Selangor, Malaysia. Materi yang beliau sampaikan adalah pesan kehidupan penuh makna tentang keteguhan hati seorang perempuan dalam menghadapi ujian hidup.
Sosok hebat yang kerap disapa Puan Adziah tersebut mengawali diskusi sore itu dengan kisah perjuangannya membesarkan sepuluh anak tanpa sang suami dikarenakan wafat. Awalnya, beliau hanya bekerja sebagai freelancer, berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, sebelum akhirnya menjadi guru sains. Namun, lebih dari sekadar perjalanan karier, kisahnya adalah perjalanan spiritual yang menjadikan tahajud, dhuha, witir, dan shalat sunnah qabliyah subuh menjadi sumber kekuatannya setiap hari.
“Saya tidak menangis di media sosial, tidak pula bercerita kepada manusia. Saya mengadu hanya kepada Allah. Setiap kali saya merasa tidak punya apa-apa, Allah selalu kirim pertolongan dari arah yang tidak disangka,” tutur Adziah penuh haru.
Para santri wanita tertegun. Beberapa bahkan meneteskan air mata. Mereka menyaksikan sendiri betapa doa bisa menjadi energi luar biasa dalam menghadapi kesulitan hidup. Adziah melanjutkan kisahnya saat Allah mengangkat derajat keluarganya. Kini, beberapa anaknya telah meraih kesuksesan dengan berhasil menjadi dokter, pengacara, engineer, dan pekerjaan hebat lainnya.
Lebih dari sekadar kisah pribadi, Adziah menegaskan bahwa setiap perempuan adalah pemimpin dan hamba Allah yang memiliki tanggung jawab menjaga hablum minallah (hubungan baik dengan Allah) dan hablum minannas (hubungan baik dengan manusia). Ia juga menekankan pentingnya menjaga kehormatan, aurat, dan marwah diri.
“Jangan takut pada pernikahan. Jangan takut pada ujian. Allah yang menulis takdir kita. Apa yang kita sangka buruk, bisa jadi itulah kebaikan terbesar,” pesan Adziah.
Dipandu oleh Rina Yuastri, guru SMA Nuris Jember yang bertugas sebagai moderator, acara berlangsung hangat dan penuh makna. Para santri terlibat aktif, menyimak setiap kalimat yang penuh nasihat dan inspirasi. Di sela-sela sesi, Adziah juga mengingatkan tentang empat wanita sempurna yang dijanjikan Allah, yakni Khadijah, Asiyah, Fatimah, dan Maryam. Beliau juga mengingatkan tentang sifat-sifat wanita yang mulia, yakni wanita yang sabar, lembut, suka membantu, dan ramah.
Masjid Yasmin Nur menjadi saksi lahirnya banyak harapan baru di hati santri putri sore itu. Di ruang yang suci dan teduh itu, mereka tidak hanya belajar tentang doa dan keteguhan, tetapi juga tentang cara menjadi perempuan beriman, berdaya, dan berakhlak mulia. [RY.Red]
