Dunia Berbela Sungkawa, KH Maimoen Zubair, Sang Teladan Itu Wafat

Sosok Kharismatik, Kepergian Ulama Mustasyar PBNU, Wariskan Hikmah dan Ilmu kepada Generasi Kekinian

Pesantren Nuris – Kabar duka tengah selimuti umat muslim di nusantara, bahkan dunia. Sosok ulama kharismatik, seorang mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut wafat pada hari Selasa kemarin tepat saat subuh waktu Mekkah (06/08/2019).

Wafat di kota Mekkah saat mbah Moen, sapaan akrabnya, melaksanakan ibadah haji, sontak banyak media memberitakan dan menyatakan bela sungkawa atas berita duka tersebut. Dikenal sebagai ulama rujukan dalam bidang fiqih, pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah berpulang ke rahmatullah di usia 90 tahun.

Dikutip dari akun pribadi Gus Nadirsyah Hosen, Rais Syuriah PCI (Pengurus Cabang Internasional) NU Australia-New Zaeland menyatakan luka mendalam atas wafatnya ulama kesohor seperti mbah Moen ini. Banyak pesan masuk di telepon pintarnya baik dari teman sejawat sesama muslim bahkan dari kalangan lainnya turut berbela sungkawa.

(baca juga: Tiga Tokoh NU yang Membumi di Dunia Sastra Indonesia)

Dia menundukkan kepala sejenak seraya berdoa saat tahu informasi tersebut dan langsung mengonfirmasi informasi tersebut kepada Gus Ghofur, sahabat sekaligus salah satu putra mbah Moen. Dia juga berusaha mengenang pertemuan mengesankan saat peristiwa Muktamar NU di Jombang pada tahun 2015 silam. Saat itu, dia duduk bersama KH. Ahmad Mustofa Bisri, atau dikenal dengan Gus Mus.

“Saya mencium bolak-balik telapak tangan KH. Maimoen Zubair sambil memperkenalkan diri jika saya adalah temannya Gus Ghofur, putranya.” Ujar Gus Nadirsyah. Sikap ramah dan kelembutan hati mbah Moen sangat dirasakan oleh Gus Nadir. Meski singkat, tetapi kualitas pertemuan itu dianggap sangat mengesankan.

(baca juga: Buya Hamka, Ulama, Sastrawan, Sejarawan, dan Politikus)

Kyai Maimoen kelahiran Rembang, 28 Oktober 1928 tersebut, merupakan sang teladan bagi generasi kekinian. Sebagai ulama lintas generasi, dia bukan sekadar mahir dalam ilmu fikih, melainkan sosok yang pandai berdakwah sesuai dengan tuntutan zaman, serta memosisikan diri dalam berbagai kesempatan khususnya dunia politik.

Di sisi lain, dunia berduka karena telah kehilangan kyai sepuh dan terhormat tersebut, tetapi juga menjadikan generasi muda kekinian turut mengambil hikmah. Mbak Moen meninggalkan banyak wasiat bijak, ilmu, teladan bagi ulama muda dan siapa pun dalam kehidupan. Kini jasadnya dimakamkan di kompleks pemakaman tertua di Mekkah, Arab Saudi, di Ma’la.

Seruan salat ghaib dan doa tahlil bersama tengah diupayakan di berbagai lokasi baik di Indonesia maupun belahan negara lainnya. Termasuk ungkapan kesedihan dan duka mendalam juga diungkapkan banyak santri dan alumni Pesantren Nuris Jember atas wafatnya sang teladan tersebut.[AF.Red]    

Related Post