Penulis: Handini Fatihatun Nabila*
Sosok wanita inspiratif yang banyak dikenal sebagai pelawak berhijab nomor satu di Indonesia. Humor-humor seputar Islam untuk mengatasi ekstremisme di Indonesia, seputar aksi dalam menyampaikan dakwah Islam dengan balutan profesi komediannya.
Ya, beliau adalah Sa’diyah Ma’ruf. Ia dilahirkan di Pekalongan, Jawa Tengah pada tanggal 11 Februari 1982. Mengenai latar belakang keluarganya, memang sudah mempunyai keturunan Hadrami–Arab. Sejak kecil, beliau memang sudah dididik dengan sangat konservatif dalam banyak hal. Sampai-sampai beliau pernah ditekan untuk menikah dengan salah satu sepupu jauhnya.
Hal tersebut, memang biasa dilakukan oleh keturunan Arab, tetapi beliau mampu mengungkapkan isi hatinya pada ibunya bahwa beliau belum ingin menikah. Kejadian tersebut, ia rasakan pada saat duduk di bangku sekolah menengah ke atas.
(Baca juga: Veve Zulfikar Sosok Inspiratif Remaja NU)
Perempuan yang akrab dipanggil Diyah ini memang penikmat serial sitkom dari Amerika dan serial komedi lainnya. Dari situ, dia mulai menemukan tujuan hidup yang jelas. Ia mulai menekuni dunia komedi. Namun, harapan tak semudah membalikkan telapak tangan. Beliau sempat mendapat tolakan dari pihak keluarganya.
Ia bahkan tampil secara sembunyi-sembunyi saat pertama show di layar kaca. Namun lambat laun, beliau mulai memberanikan diri untuk mengungkapkan yang sebenarnya. Luapan emosi dari sang orang tuapun ia rasakan, namun apadaya akhirnya orang tuanya menerima keputusan hasratnya. Pada tahun 2019, ia berhasil meraih gelar sarjana jurusan Bahasa Inggris dari Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta.
Dia juga mampu membuat dosennya terpukau dengan hasil skripsinya yang membahas tentang stand up comedy. Tak berhenti sampai disitu saja, perkembangan pendidikannya. Beliau melanjutkan pendidikan S2 nya dan berhasil memperoleh gelar master di UGM.
(Baca juga: Berkelana Ajaran Filsafat Dalam Karier)
Setelah menempuh pendidikan S2, dia telah bekerja penuh sebagai seorang interpreter profesional dan penerjemah. Kemudian, di waktu luangnya baru beliau melakukan kegiatan berkomedi. Tak jarang beliau muncul di saluran televisi swasta atau tempat-tempat lokal lainnya. Ia menjadikan sisi humornya sebagai senjata untuk melawan kekerasan atas nama agama dan budaya patriatik.
Tak jarang beliau dicaci dengan sindiran “Muslim kok menjadi komedian,”. Tetapi justru dengan komedilah, beliau mampu lebih mengenal dirinya sendiri serta orang-orang di sekitarnya dan tuhannya sendiri. Beliau malah mengaku tidak pernah terdistraksi oleh komedi ataupun tertawa.
Namun, rupanya beliau sempat mengubah strateginya dalam berkomedi. Beliau lebih ingin stand up comedy nya lebih dekat dengan masyarakat dari posisi yang lebih universal. Akhirnya beliau mencoba mengangkat tema tentang pengalaman perempuan yang ia dapatkan karena baru saja dikaruniai anak perempuan. Tema- tema lainnya juga behasil ia bawakan memukau diantara soal identitas kearabannya, kebangkitan gerakan fundamentalisme, serta soal liberalisme.
Akhirnya perjuangan serta kegigihan beliau dalam menjadi stand up comedy serta komika berbuah kemanisan. Pada tahun 2018 tepatnya, beliau ditetapkan sebagai daftar wanita inspiratif dunia dengan pringkat ke-54 oleh “BBC 100 Woman”. Tak hanya itu, sebelum ia memperoleh pengakuan dari BBC, beliau menjadi peraih Vaclav Havel Prize dari oslo freedom forum di tahun 2015 karena keberaniannya menyuarakan pendapat berbeda secara kreatif saat tampil sebagai komika di panggung Indonesia dan Internasional.
Pada November 2016, beliau juga menjadi pembicara di salah satu kuliah umum di Sydney, Australia. Hal tersebut, tidak menjaikan kesombongan pada diri beliau. Bagi beliau menjadi komika ataupun pelawak tunggal bukan tentang ketenaran atau uang, melainkan tentang memberi pengalaman yang tak terlupakan bagi audiens dan membuat orang-orang berpikir tentang isu-isu sosial yang membicarakan kehidupan mereka.
Penulis merupakan siswa kelas XI IPA SMA Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik.