Islam Perintis Rumah Sakit Jiwa

Penulis: Sirly Qurrota Aini*

Para perintis diagnosis dan penyembuhan beragama penyakit ialah para ilmuwan muslim di era kekhalifahan. Menurut Dr. Emelie Savage Smith dari St. Cros college di Oxford mengungkapkan rumah sakit pertama di dunia dibangun pada masa kekhalifahan Abbasiyah sekitar tahun 800 M di kota Baghdad, Irak.

Pada abad ke-12 dan ke-13 M, rumah sakit sudah menerapkan sistem perawatan pasien berdasarkan penyakitnya. Bahkan, menurut Savage Smith, pada abad ke-10 M peradaban Islam telah memeperkenalkan sistem pendidikan kedokteran secara langsung di rumah sakit. Dimana Islam mengajarkan ummatnya untuk merawat seluruh jenis penyakit tanpa memandang status ekonomi pasiennya juga status agamanya.

(Baca juga: Sejarah Penetapan Hari Santri Nasional)

DR. Ibrahim Bijle Syed, Ph.d dalam bukunya yang berjudul Islamic Medicine:1000 Years Ahead of Its Times memutuskan bahwa rumah sakit jiwa telah didirikan para dokter dan psikolog Islam beberapa abad sebelum abad peradaban Barat mengembangkannya.

Di Kairo, Mesir, rumah sakit jiwa didirikan pada tahun 800 m. Berbeda dengan Inggris yang baru saja membuka rumah sakit jiwa pada tahun 1831 M. Para dokter muslim berbeda dengan para dokter Kristen di abad petengahan yang mendasarkan sakit jiwa dengan penjelasan tahayyul. Para dokter muslim justru melakukan kajian klinis terhadap pasien yang menderita sakit jiwa.

Abu Zayd Ahmed bin Sahl Al-balkhi, dalam kitabnya yang berjudul Masalih AL-Abdan Wa Al-Anfus, beliau berhasil menghubungkan antara penyakit tubuh dan jiwa. Menurutnya, gangguan atau penyakit pikiran sangat berhubungan dengan kesehatan badan. Al-balkhi mengungkapkan bahwa penyebab depresi dapat dibedakan menjadi dua.

(Baca juga: Sejarah Batik Sebagai Warisan Bangsa Indonesia)

Pertama, depresi yang diketahui penyebabnya. Depresi seperti ini bisa disembuhkan secara psikologis. Kedua, depresi bisa terjadi oleh alasan-alasan yang tidak diketahui kemungkinan diakibatkan oleh alsan psikologis.

Tipe kedua ini bisa disembuhkan dengan pemeriksaan ilmu kedokteran. Dia juga berpendapat bahwa ketidak seimbangan dalam tubuh dapat menyebabkan demam, sakit kepala, dan sakit badan. Sedangkan, ketidakseimbangan dalam jiwa dalam menciptakan kemarahan, kegelisahan, kesedihan, dan gejala-gejala yang berhubungan dengan kejiwaan lainnya.

Penulis merupakan siswa kelas XI IPA MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler  jurnalistik

Related Post