Penulis: Muhammad Qorib Hamdani*
Faktor fobia Islam kini semakin menjerat para muslim di barat tepatnya di Australia, karena ada kasus tentang pemukulan pada muslimah hamil dan pembakaran di Norwegia, hal ini jika dibiarkan terus menerus akan mengalami tingkat revolusi yang sangat cepat karena adanya kejadian hal itu.
Apabila fobia Islam sangat erat dari narasi-narasi terus menerus oleh para elite politik yang bertolak belakang atau dimobilisasi golongan kanan atau ultra nasionalis yang sekarang mendapat tempat di Eropa, dan juga diperkuat dengan dukungan Amerika. Dikutip dari majalah tabloid Media Umat.
(Baca juga: Hukum crosshijaber prespektif ulama)
Arti secara eksplisit tentang Fobia Islam adalah sebuah ungkapan yang bersifat kontrofersial, dan biasanya merujuk pada diskriminasi pada Islam. Kita melihat pada tundingan orang jika mengatakan radikalisme pasti kebanyak merujuk pada Islam dan muslim, sebagai korban pendiskriminasian.
Bukti-bukti tentang hal itu tentunya sangat banyak, menurut hasil riset data dari Centre for Islamic Studies and Civilisation pada CSU mengatakan bahwa ditemukan mayoritas pelaku adalah kaum pria. Sedangkan korbannya mencapai 70 persen wanita yang semuanya hampir menggunakan jilbab atau penutup wajah lainnya. Dikutip dari ABC Indonesia.
Tempat-tempat yang banyak terjadi ada di dua tempat yang tentunya sangat strategis, yang pertama di sekolah. Serangan fobia Islam di sekolah ini mengarh pada siswa, guru dan kepala sekolah. Yang kedua adalah di tempat umum, para pelaku semakin berani untuk menyerang di tempat umum.
Apabila kita lihat sebagian besar rezim atau elite plitik yang menjadikannya fobia Islam yang semakin menguat. Ditambah lagi dengan adanya faktor pembingkaian dari jaur media massa yang sebagian besar dimiiki oleh pendukung rezim-rezim politik.
(Baca juga: Pujian ulama kepada sahabat nabi)
Fobia Islam yang menguat di Barat tidak akan bisa lepas dari kondisi kapitalisme dunia yang mengalami gradasi yang cukup hebat,mulai dari ekonomi ataupun politik. Karena faktor ini juga banyak orang-orang yang berpaling pada ajaran Islam, sebagai salah satu cara untuk menghindari kejadian ini.
Cara mendasar yang bisa mengembalikan kejadian ini seperti semula adalah kita harus memulai empat langkah. Pertama, mendefinisikan Islamophobia secara global selanjutnya mendekontruksi narasinya, lalu merekontruksi narasi positif dan barulah dengan cara merealistis baru di sekitar umat Islam.
Tujuan utama tentang perlawanan terhadap Islamophobia adalah menciptakan masyarakat yang adil bagi semua orang, yang bertoleransi, menghargai dan melindungi kewarganegaraan para anggotanya.
Penulis merupakan siswa kelas XI PK MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik