Penulis: Ira Hidayana*
Membuka
mata dan mengetuk hati
Menatap redupnya senyuman negri
Ku lihat….
Langit ceria itu sudah tak nampak kembali
Merdu kicau burungpun tak mengena sanubari
Terbisik lembut dalam diri ini
Inikah bumi ibu pertiwi?
Dan siapakah gerangan hendak perbaiki?
Sering terdecak dalam hati
Secercah harapan pada sang tholabul ilmi
Lantas timbul tanda Tanya
Apakah mereka siap memimpin bangsa?
(Baca juga: negeri-ini)
Orang
bilang…
Santri itu berbahu baja
Santri itu berjiwa perwira
Santri itu berhati mutiara
Hal demikian tak hanya terucap lisan
Namun
butuh makna besar perjuangan
Menjadi santri bukan sebuah pilihan
Melainkan anugerah besar dari tuhan
Bukan air mata yang menjadi tolak ukur
Tetapi tetesan keringat yang terus bercucur
Kami diajari berani
Menembus banyak benteng yang berdiri
Kami diajari berusaha
Memutus keras tali putus asa
Baca juga: coretan sajak negeriku)
Kami diajari cinta tanah air
Mengikuti jejak air yang mengalir
Ini bait harapan hatiku
Ku mohon…
Majulah para pejuangku
Negri ini dalam genggamanmu
Sumber gambar: graetnesia.com
Penulis merupakan siswa kelas 9H MTs Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler penulisan kreatif sastra