Judul buku: Ayahku (bukan) Pembohong
Penulis: Tere Liye
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2011
ISBN: 978-602-033-158-4
Jenis Buku: Novel
Peresensi: Deli Annisa Virca*
Novel ini bercerita tentang seorang laki-laki bernama Dam. Ayah Dam suka bercerita. Dam senang mendengarkan cerita Ayahnya. Cerita ayah Dam, bukanlah cerita seperti dongeng pengantar tidur yang biasanya disampaikan oleh orangtua kepada anaknya. Cerita ayah adalah cerita yang sarat dengan pendidikan moral. Uniknya dalam cerita tersebut, ayah Dam menjadi pelaku utama.
Novel ini bercerita tentang seorang laki-laki bernama Dam. Ayah Dam suka bercerita. Dam senang mendengarkan cerita Ayahnya. Cerita ayah Dam, bukanlah cerita seperti dongeng pengantar tidur yang biasanya disampaikan oleh orangtua kepada anaknya. Cerita ayah adalah cerita yang sarat dengan pendidikan moral. Uniknya dalam cerita tersebut, ayah Dam menjadi pelaku utama.
Bagi Dam yang saat itu masih kecil, cerita-cerita ayahnya sangat menginspirasi. Tanpa disadari, cerita-cerita itu membentuk karakternya. Dam tumbuh menjadi pribadi yang baik, suka bekerja keras, suka menolong dan memiliki ide-ide yang cemerlang.
(Baca juga:bacaan-sarat-makna-kisah-yang-sederhana-yang-dikemas-dengan-luar-biasa)
Dalam novel ini juga diceritakan tentang Akademi Gajah, yaitu sekolah lanjutan setingkat SMA. Dam melanjutkan sekolahnya di sana. Akademi Gajah adalah sekolah yang membebaskan. Sekolah yang memberi kebebasan kepada siswanya untuk memilih sendiri pelajaran yang disukainya. Sekolah ini berasrama dan dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang jenius dan bijaksana. Pembelajaran di Akademi Gajah tidak kaku, meskipun tetap menerapkan hukuman dan penghargaan.
Seiring dengan usianya yang semakin dewasa, Dam mulai meragukan cerita-cerita ayahnya. Keraguan ini semakin mengganggu kehidupan Dam setelah dia menemukan buku berjudul Lembah Bukhara dan Suku Penguasa Angin di perpustakaan Akademi Gajah saat dia dan temannya mendapat hukuman dari kepala sekolahnya karena melakukan kesalahan. Dam berniat untuk mengklarifikasi kebenaran cerita-cerita ayahnya tetapi selalu tidak berhasil. Ayahnya merasa tersinggung saat Dam menanyakan kebenaran cerita-cerita tersebut.
Kisah Dam, mungkin terjadi dalam kehidupan nyata kita. Sajian cerita dalam novel ini yang dibawakan oleh penulis untuk terus memaksa berimajinasi dan turut merasakan emosi dalam setiap momentnya. Dam yang dibesarkan dengan cerita dongeng dan kesederhanaan hidup, justru membuat ia membenci Ayahnya. Ketika Dam menyadari semua tentang cerita dan dongeng Ayahnya tidaklah bohong, semua sudah terlambat.
Cerita di dalam novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama. Penulis menuturkan cerita dengan alur maju-mundur. Sebagian besar cerita ini imajinatif. Lembah Bukhara, Suku Penguasa Angin, Akademi Gajah merupakan rekaan yang diusung dalam kehidupan nyata. Dapat dikatakan novel ini adalah cerita di dalam cerita. Sang tokoh menolak cerita imajinasi tetapi dia hidup dalam imajinasi penulis. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya setting tempat khusus dalam cerita.
Kelebihannya, novel ini sarat dengan pesan moral, dimana pesan moral tersebut disampaikan dalam bentuk cerita yang inspiratif. Pembaca dapat menangkap pesan yang ingin disampaikan penulis melalui tokoh sang penutur dan juga melalui cerita-cerita yang dideskripsikan dengan baik.
Kekurangannya, di akhir cerita novel ini, menulis memaksakan imajinasinya. Hal mementahkan kelogisan cerita yang sudah dibangun dengan baik, di bagian sebelumnya.
Penulis merupakan alumni SMA Nuris Jember