Resensi Karya Sastra MTs Unggulan Nuris: Peran Santri dalam Pandemi Covid-19

Judul Buku                : Kisah Hidup Tentang Sayup Redup

Judul Karya              : Peran Santri dalam Pandemi Covid-19

Penulis                        : Bima Bachtiar Ibrani Fata

Penerbit                     : AE Publishing

Tahun terbit              : Cetakan Pertama, November 2021

Jumlah Halaman      : 251 halaman

Halaman Karya        : 9-14

ISBN                           : 978-623-306-529-0

Peresensi                    : Putri Utami Octaviya, S.Pd

Sinopsis:

Cerpen ini mengangkat tema kehidupan seorang santri. Dengan latar belakang lika-liku kehidupan saat pandemi sedang merajalela di tahun 2019, cerpen ini mampu membius para pembacanya untuk menerobos ruang masa lalu dan kembali merasakan suasana di era COVID-19. Peran Santri dalam Pandemi Covid-19 adalah sebuah karya dalam antologi cerpen berjudul Kisah Hidup Tentang Sayup Redup. Cerpen ini terlahir dari tangan siswa MTS Unggulan Nuris Jember bernama Bima Bachtiar Ibrani Fata. Pengalaman dan sepenggal kisah hidupnya di pondok pesantren dituangkan dalam karya ini.

Peran Santri dalam Pandemi Covid-19 menceritakan terkait bagaimana cara mengatasi masalah yang muncul pada masa pandemi. Adapun keseluruhan isi cerpen ini menggunakan sudut pandang orang pertama yaitu si penulis, Bima. Tokoh Bima digambarkan sebagai sosok yang memiliki paras mungil. Berbeda dengan rekan dekatnya bernama Nathan. Ia adalah sosok yang tinggi kurus dan jago dalam bidang non akademik yaitu futsal. Sedangkan satu rekannya lagi bernama Ucup, ditampilkan dengan sosok sederhana yang jago dalam bidang matematika. Mereka bertiga selalu bersama dan hidup rukun.

Covid-19 sungguh menghancurkan dunia. Terutama dalam bidang pendidikan. Seluruh sekolah di Indonesia ditutup total. Proses pembelajaran harus berganti dengan daring. Tak ada tatap muka secara langsung, tak ada tegur sapa antar teman, tak ada kegiatan bermain bersama di lapangan saat bel istirahat berbunyi. Tapi berbeda dengan kehidupan siswa di sebuah pondok pesantren. Seluruh siswa tidak diperbolehkan pulang. Mereka melakukan pembelajaran secara tatap muka. Tetapi seluruh wali santri tak boleh menjenguk atau pengirim putra putrinya. Begitu sebaliknya, siswa dan santri dilarang keras untuk kembali pulang. Jika terdata ada siswa yang sakit maka dari pihak pondok yang akan turun langsung untuk merawat, tentunya dengan prosedur serta mendatangkan ahli kesehatan dibidangnya.

(Baca juga: Resensi Buku MTs Unggulan Nuris : Kisah Hidup Tentang Sayup Redup)

Akan tetapi suatu masalah timbul ketika kehidupan pondok sedang masa beradaptasi dengan peraturan baru di masa pandemi. Ustad Umar yang mempunyai tugas sebagai penjaga gerbang harus beristirahat total karena sakit yang tak kunjung membaik. Sebagai seorang penjaga gerbang tentunya itu adalah tugas yang mudah tetapi beresiko. Jika kebobolan sampai terdapat orang luar yang masuk ke wilayah pondok, maka penjaga gerbang yang harus bertanggung jawab.

Kepala asrama pun bingung mencari pengganti Ustad Umar. Untungnya Bima, Ucup dan Nathan menawarkan diri menggantikan menjaga gerbang semalam Ustad Umar sakit. Tak hanya bertiga, tetapi Bima juga mengajak 3 rekan lainya. Gunanya agar memperkuat penjagaan gerbang. Terutama ketika malam tiba. Tugas mereka berenam hanya menjaga gerbang sampai pukul 12.00 malam hari. Setelah itu mereka wajib kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Selain itu, tugas mereka adalah memastikan agar tidak ada wali santi yang mengirim apalagi sampai masuk ke wilayah pondok.

Semua berjalan lancar, hingga suatu peristiwa terjadi di malam hari. Koper tak berpenghuni tiba-tiba terlempar jatuh dari sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Koper berwarna silver itu tentunya menyita perhatian Bima dan rekan-rekannya. Mereka bergegas mengamankan barang tersebut. Dengan rasa penasaran Bima mengamati terus-menerus. Ia sangat penasaran dengan isinya. Ketika ingin membuka ternyata koper itu sangat canggih. Dibutuhkan sebuah kata sandi untuk membukanya. Hanya pemiliknyalah yang mengetahui isi koper ini.

Keesokan harinya mereka melaporkan dan menyerahkan koper tersebut kepada yayasan. Tak disangka, selang beberapa menit datanglah tamu tak diundang. Ia datang dengan pakaian rapi. Menggunakan jas putih layaknya seorang dokter. Ternyata ia adalah seorang profesor pemilik koper tersebut. Awalnya mereka ragu hingga sang profesor meyakinkan dengan memasukkan kode koper untuk membukanya. Hanya membutuhkan waktu 3 detik dan koper pun langsung terbuka. Tak disangka isinya adalah sebuah vaksin percobaan.

Kelebihan:

Karya berjudul Peran Santri dalam Pandemi Covid-19 mampu membuat pembaca mengetahui dan merasakan bagaimana rasanya menjalani peran sebagai santri dalam kondisi pandemi. Bahasa yang digunakan sudah mudah dicerna dan dipahami.

Kelemahan:

Di balik kelebihannya, terdapat sedikit kekurangan atau kelemahan dalam karya ini. Seperti konflik yang terdapat dalam cerpen ini kurang menggemparkan isi cerita. Sehingga membuat pembaca mudah menebak akhir dalam cerita ini. Kemudian dalam penyajian penyelesaian masalah terlalu singkat. Hal ini memberikan kesan kurang puas dalam menikmati karya ini. Selain itu masih terdapat banyak sekali menggunakan tanda baca serta susunan kalimat yang salah.

Related Post