Jangan Takut Kotor, karena Tanah dan Peluh adalah Jalan Menuju Berkah
Pesantren Nuris – Sosok inspiratif tak selalu tampil dengan jas dan dasi. Kadang, mereka hadir dari balik caping dan aroma tanah basah, seperti Syaiful Bahri. Ia adalah alumni SMA Nuris Jember tahun 2004 yang kini sukses mengembangkan usaha pertanian cabai dan pepaya di Sumberjambe, Jember.
Tahun 2018 menjadi titik awal perjalanan Syaiful. Dengan modal semangat dan sebidang sawah, Syaiful mulai mencoba menanam cabai. Ia tak malu untuk bertanya kepada teman-teman yang lebih berpengalaman. Ia pelajari betul cara mengolah tanah, memasang plastik mulsa, hingga proses perawatan tanaman cabai yang dikenal cukup sulit ini. Tak kurang dari 3.500 bibit cabai ia tanam di lahan miliknya. Selain cabai, Syaiful juga menanam pepaya di kebun miliknya untuk menambah penghasilan.
“Prosesnya sangat saya nikmati. Setiap sore saya selalu ke sawah, kadang kalau libur di pagi hari saya sempatkan juga. Mulai dari memupuk, menyiram, hingga membersihkan gulma, semuanya saya jalani sendiri. Ada rasa bangga ketika melihat tanaman mulai tumbuh dan berbunga,” kenangnya.
Pada panen awal (yang dikenal dengan istilah “bungaran”), ia berhasil memanen sekitar 400 kg cabai dengan harga jual saat itu mencapai Rp35.000/kg. Hasil tersebut cukup memuaskan dan menjadi motivasi besar untuk terus menekuni bidang pertanian.
(Baca juga : Elen Hafilda, Santri SMA Nuris Jember yang Berhasil Raih Peringkat 1 di Kelas X-2)
Namun seperti halnya bisnis lain. Pertanian pun penuh risiko. Setelah masa panen kedua dan ketiga, harga cabai mulai turun ke angka Rp29.000/kg. Hingga puncaknya, pada bulan kedua musim panen, harga anjlok drastis menjadi hanya Rp5.000/kg. Pendapatan tidak mampu menutup biaya produksi.
“Saya sempat terpukul. Tapi ya tidak boleh menyerah. Saya percaya ini bagian dari proses. Untungnya, tahun 2020-2021 harga sempat kembali naik sampai Rp60.000/kg. Hasil itu seperti mengganti kerugian saya sebelumnya,” tuturnya bijak.
Menurutnya, hambatan terbesar bukan hanya datang dari harga pasar, tapi juga dari dalam dirinya sendiri.
“Waktu itu saya benar-benar baru dan belum punya banyak pengalaman. Belum lagi cuaca yang tidak menentu, kadang terlalu panas, kadang hujan terus-menerus, ini sangat memengaruhi pertumbuhan tanaman.”
Syaiful pun mengungkapkan kenangannya saat belajar di SMA Nuris Jember. “Di sekolah dulu saya banyak belajar soal organisasi. Saya pernah dipercaya sebagai Ketua OSIS. Dari sanalah saya belajar menjadi pemimpin, bertanggung jawab, dan mampu bekerja dalam tim. Ilmu itu sangat berguna saat saya berhadapan dengan masyarakat saat ini. Selain itu, di pesantren saya diajarkan arti hidup bersama dan cara menghormati orang lain. Itu semua sangat saya rasakan manfaatnya sekarang. Hidup bukan hanya tentang kita, tapi juga cara kita memberi manfaat kepada orang lain,” tegasnya.
Sebagai alumni, ia berpesan kepada adik-adik kelasnya di SMA Nuris Jember agar tidak malu menjadi petani, pedagang, atau apapun asalkan halal dan bermanfaat.
“Jangan gengsi. Sekarang zaman sudah berubah. Bertani itu keren kalau ditekuni dengan sungguh-sungguh,” ucapnya.
Kini, melalui usaha pertaniannya, Syaiful Bahri membuktikan bahwa ketekunan, kejujuran, dan keberanian untuk mencoba bisa mengantarkan siapa saja menuju kesuksesan. Syaiful menjadi sosok inspiratif bahwa pertanian adalah jalan mulia yang penuh berkah. [RY.Red]
Nama : Syaiful Bahri
Alamat : Sumbersari, Jember
Lembaga : SMA NURIS JEMBER
Tahun Lulus : 2004
Pekerjaan : Pertanian Cabai dan Pepaya di Sumberjambe, Jember