Assalamu ‘Alaikum Taiwan (Episode 3: Quo, Kawanku Dari Vietnam Yang Tidak Percaya Tuhan)

QUO, KAWANKU DARI VIETNAM YANG TIDAK PERCAYA TUHAN

(ASSALAMU’ALAIKUM TAIWAN_Episode 3)

Taiwan-Entah bagaimana aku harus memulai cerita ini. Malam telah di ujung, dan tampaknya pagi lebih cepat datang dibanding biasanya. Namun, tanpa mau diajak berdebat, mata ini susah sekali untuk kuajak merapat. Insomnia ternyata. Dan mungkin masih terngiang percakapanku di malam sebelumnya bersama salah satu teman dari Vietnam.

Sebut saja Quo (bukan nama sebenarnya), asal dari Vietnam, usia lebih dari 20 tahun, berbadan ramping dan berambut lurus, dan selalu tertawa meski tanpa alasan. Aku tidak tahu apa yang membuatnya ingin belajar juga bahasa Indonesia, katanya dia ingin pergi ke Indonesia. Sejauh ini, hanya ‘terimakasih’ dan ‘maaf’ yang baru dia tau, walau terkadang masih sukar sekali bilang “R”.

“Motorrrrrrrr,”’’ ucapku

“Motorrrrrrrrrrrrr,, berrrrrrr.” Dia mencoba meniru dengan expresi yang lucu

“Lalerrrrrr,” sambungku lagi

“Lalerrrrrrrrrrrrr… it’s so difficult, right??? why Indonesia so many er er er er er??? (sambil menyentuh lehernya)_ini sangat sulit bukan?? Kenapa sih Indonesia banyak sekali huruf R nya? ”.

No, it’s so easy, hahahaha (tidak ini mudah sekali, hahahaha)”.

Aku dan kawanku yang juga berasal dari Indonesia tertawa melihat tingkahnya yang kesulitan mengucapkan “R”. Namun sejak saat itu, kami justru semakin akrab dengan Quo, kita sering belanja bareng, ngampus bareng hingga jalan-jalanpun jika sedang tidak berhalangan kami juga mengajaknya.

Malam itu, Quo akhirnya memberanikan diri untuk bertanya padaku. Mengapa aku menggunakan penutup kepala kemanapun, dan apakah aku menggunakan penutup kepala setiap tempat?? Kalau di toilet apa juga harus menggunakan penutup begini??

“Tidak,” jawabku. “Aku hanya menggunakannya ketika aku akan keluar asrama dan bertemu dengan laki-laki”.

All of Indonesian use like this?? (Apa iya semua orang Indonesia pake begini?)”

Not only Indonesian, but also for moslems in the world used like this. It’s a identity for moslems (tidak hanya orang Indonesia, seluruh muslim didunia juga memakai jilbab, beginilah identitas seorang muslim), kataku

Akhirnya, kawanku bertanya, bagaimana agama di Vietnam (walaupun terdengar aneh menanyakan agama dan berbicara tentang agama), apakah ada orang sepertiku juga yang memakai penutup kepala?. Dia menjawab tidak ada, rata-rata penduduk Vietnam beragama Budha. Dan banyak juga dari mereka yang tidak beragama. Penganut Katolik juga terhitung masih sedikit.

How about you? (lalu, bagaimana dengan kamu??” kawanku bertanya dengan sangat antusias.

“I don’t believe God. (saya tidak percaya Tuhan),” ucapnya padat dan singkat.

(kami hanya tertegun dan tersenyum). “But why? (tetapi kenapa?),” tanyaku.

“Ya..saya hanya tidak percaya, dan saya tidak butuh Tuhan. Saya tidak perlu berdoa kepada siapapun, saya tidak perlu menyembah apapun, dan saya tidak perlu bergantung pada apapun”.

“Jadi, menurutmu siapa yang menciptakan alam ini?”. Kawanku menambahkan.

“Alam ini terbentuk dari teori “Big-Bang”, bukan?? kamu tidak tahu itu??” (saya hanya tersenyum)

So, after you die? (jadi, kalau kamu sudah mati?)”. celetukku

If I die, it’s finish. It’s done. (kalau saya mati, ya berarti semuanya berakhir, dan semuanya selesai),” Jawabnya dengan padat

Aku dan kawanku hanya berkata “oh yes yes yes, I see,” lalu kita kembali ke asrama.

“xie xie (terimakasih dalam bahasa mandarin)”. “bu’ kuh` chi`” (sama-sama)”. “Bye bye” (selamat tinggal). //nim22//

*Nur Izzatu Maulida, Alumni SMA Nuris Jember

Santri Kuliah di Taiwan

Related Post