Prof. DR. Mohammad Saleh, MSc, Pembantu Rektor III UNEJ: Mencari Barokah di Dunia Kampus
“ Ada sebagian orang yang memiliki opini bahwa dalam dunia kampus tidak ada istilah “barokah”, ada pula yang mengatakan “kalau mencari barokah jangan di kampus!” Opini seperti ini muncul berdasarkan realita kehidupan dunia kampus yang cenderung “remang-remang” serta bebasnya pergaulan antara Mahasiswa-Mahasiswi. Ditambah lagi dengan maraknya ayam-ayam kampus yang berkeliaran. Benarkah opini seperti itu ? Berikut wawancara Reporter Majalah Nuris (MN) Alivia NA bersama Bapak Prof. DR. Mohammad Saleh, MSc. (Pembantu Rektor III Universitas Jember).”
(Baca Juga: KH Hasyim Muzadi di PP Nuris Jember: Tantangan NU Semakin Banyak, Semangatnya Semakin Menurun)
Dalam dunia pesantren ada istilah barokah, bagaimana pendapat bapak tentang barokah dalam dunia kampus?
Alhamdulillah sebetulnya barokah itu berada di mana-mana, bukan hanya di pesantren tapi di kampus juga ada, karena salah satu kegiatan dalam rangka untuk mencari barokah dari Allah SWT sudah rutin kita lakukan setiap bulan seperti sema’an Al-Quran, dan lain-lain. Kegiatan ini dilakukan semenjak saya diangkat dan saya mengundang seorang hafidz yang bernama Muqorrobin dan Alhamdulillah beliau juga mendukung dan sekarang di Unej ini sudah ada 6 mahasiswa yang hafal Al-Qur’an.
Oleh karena itu kita tidak bisa menutup kenyataan bahwa di manapun kita mencari ilmu kita harus betul-betul berusaha untuk mencari keberkahan itu, karena tanpa barokah, ilmu itu tidak akan bermanfaat.
Lalu apa fungsi sosial dari barokah itu?
Kita harus meyakini dulu bahwa barokah itu ada, kemudian berusaha untuk membuat ilmu yang kita peroleh barokah, sehingga dengan itu kita bisa senantiasa membantu masyarakat, nusa dan bangsa dengan ilmu yang kita miliki. Itulah gunanya ilmu yang barokah. Walaupun ilmunya sedikit tapi kalau barokah, maka manfaatnya akan sangat terasa bagi umat,. Begitu juga sebaliknya.
Apa yang Bapak lakukan dalam meyakinkan Mahasiswa terkait dengan keberkahan ilmu?
Saya selalu mengajarkan pada para Mahasiswa sekalian bahwa akhlaqul karimah itu harus dikedepankan. Kita juga mencari barokah di sini dan kepada guru juga harus menghormati karena doa guru itu luar biasa. Saya juga berusaha untuk menciptakan nuansa kampus dengan model akhlaqul karimahnya seperti pesantren. Saya mulai ini dari Fakultas Ekonomi, kemudian sekarang saya dipercaya untuk memperluas. Yang terpenting adalah berilmu dan berakhlaqul karimah. Perilaku Mahasiswa kami usahakan ala anak pesantren.
Kita melihat di dunia kampus khususnya di Universitas Jember Pendidikan Agama hanya 2 SKS, apakah sudah dirasa cukup untuk membuat Mahasiswa paham akan barokah dan ilmu bermanfaat?
Sebetulnya sangat kurang. Saya pernah berkunjung ke Philipina. Mahasiswa di Philipina itu belajar Bahasa Inggris sampai 6 semester, padahal disana sudah pandai Bahasa Inggris. Namun, Indonesia katakanlah tidak begitu tahu Bahasa Inggris hanya di tempuh dalam 2 semester. Sama halnya dengan pelajaran agama, hanya di tempuh dalam satu semester.
Kalau zaman saya dulu itu dua semester, nah karena itu saya selaku PR III (Prof. DR. Mohammad Saleh, MSc.) mendesain bagaimana agar mahasiswa, sekalipun di kampus tidak ada mata kuliah pendidikan agama, tapi aplikasi dalam kehidupan sehari-hari harus religi terutama ketika kita bertemu dengan orang lain. Artinya kita belajar agama bukan hanya di mata kuliah saja.
Bahkan, saya menghimbau kepada dosen-dosen agama tolong adik-adik mahasiswa kalau belajar shalat jangan di ruang kuliah, tapi harus di masjid, adakan dialog di sana, harus ada interaksi ilmiah yang religi, dan penekanan praktek amaliyah ubudiyah dalam kehidupan sehari-hari.
*(Pembantu Rektor III Universitas Jember)
*Dimuat di Majalah Nuris (MN) Edisi 3/Ramadlan/1434 H