Oleh: Iqbal Khofi/MN edisi 5
Diceritakan, ada seorang Kyai pengasuh pesantren. Beliau ini oleh para santrinya sangat dikagumi dan dita’dzimi karena ilmu dan akhlaqnya yang tinggi. Di samping itu, beliau juga tekenal mempunyai kemampuan ‘khoqiqun lil ’adah’. Salah satunya adalah motor beliau yang bisa berjalan tanpa menggunakan bensin, cukup dengan beberapa wirid yang sudah maklum di kalangan kaum muslimin. Suatu ketika saat santri yang ingin pergi ke pasar untuk keperluan pesantren, sang santri dikasih pinjam motor sang Kyai tersebut.
“Maaf Kyai, Kaifiyah mengendarai motor ini bagaimana?”
“Owh…, begini, bacalah basmallah untuk menstater , hamdallah untuk nge-gas dan istighfar untuk mengerem.”
Tanpa pikir panjang, dua santri langsung ‘nyemplak’ motor milik Kyai.
“Bisillahirrahmanirrahim” motor kemudian hidup, meskipun tanpa suara tapi ada tandanya. “Alhamdulilah”, motor mulai melaju. Tikungan pertama, santri yang pegang kendali motor membaca istighfar. “Astaghfirullah” menikung dengan mulus.
Karena perjalanan dari pesantren ke pasar lumayan jauh, sudah begitu jalan yang dilalui melewati tebing, hal ini menambah adrenalin si dua santri ini. Oleh karenanya tanpa disadari dia telah memacu motor semakin kencang.
(Baca juga: Cerpen Ini Ada Karena Dihukum )
“Alhamdulillah”. “Alhamdulillah”. “Alhamdulillah”. Motor melaju serasa hampir melayang, tapi tanpa disadari di depan mereka ada tikungan tajam yang menghadap persis dengan jurang yang sangat dalam. Dengan sigap mengurangi laju motor, “Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah….”. Motor pun berhenti beberapa centimeter di bibir jurang. Dengan perasaan lega luuar biasa, keduanya bersyukur atas kejadian yang hampir menimpa mereka. Dengan kompak mereka mengucapkan, “Alhamdulilah”.
“Krusakkkk, brugh gedebrugh brakh, Aaakkhhhhh…….” (suara dari dasar jurang).