*Penulis : Abdul Malik siswa kelas X PK A MA Unggulan Nuris Jember
Nama Abu Hasan Al-Asy’ari sudah tidak asing lagi bagi umat Islam. Khususnya warga NU dan kalangan pesantren. Karena seperti yang telah kita ketahui, masyarakat umat Islam di muka bumi ini adalah kelompok Sunni atau Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja). Tokoh utama kelompok Sunni atau Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) adalah Abu Hasan Al-Asyari, selain Abu Mansyur Al-Maturidi.
Abu Hasan al-Asy’ari mempunyai nama lengkap Abu Hasan Ali bin Ismail bin Abu Basar bin Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdullah bin Musa bin Bulal bin Abu Burdah bin Abu Musa. Beliau masih salah satu keturunan Abu Musa Al- Asy’ari.
Abu Hasan Al-Asy’ari lahir di Bashrah, Irak pada tahun 200 H/874 M. Pendapat lain menyebut tahun kelahirannya adalah pada tahun 270 H. Dulunya beliau adalah penganut ajaran mu’tazilah. Namun, setelah sekian lama mengikuti ajaran ini beliau menemukan bahwa ada celah dalam ajaran mu’tazilah dan menggagas ajaran Ahlussunnah wal jama’ah.
(Baca juga: Umar bin Khattab)
Karya Abu Hasan Al-Asy’ari yang mudah kita dapatkan di toko-toko kitab adalah Al-Ibanah an Ushul al-Diyanah karya lain dari beliau adalah Maqalat al-Islamiyyin yang pernah diterbitkan Maktabah al Missiriyah Kairoo dan Nahdlah al Daulah Konstatinoel dan kitab Al-Luma’ yang pernah diterbitkan Imprimerie Catholique Beirut. Beliau termasuk ulama yang produktif. Ada yang berpendapat jumlah karya tulis tokoh tersebut sekitar 300an judul.
(Baca juga: Dosen Muda dan Menginspirasi Inilah Sosok A. Ginanjar Sya’ban)
Selain dalam ilmu Kalam, beliau juga memiliki karya dalam bidang ilmu Fiqih di antaranya Itsbat al-Qiyas, Ikhtilaf al-Nas, Fi al-Asma, Wa al-Ahkam, dan Al Khashsh Wa al-Am. Disebutkan juga beliau pernah meulis kitab tafsir berjudul Al-Mukhatajin. Tokoh yang selama 20 tahun shalat shubuh dengan wudhu’ shalat Isya’ ini menghadap sang Khaliq pada tahun 324 H/926 M.