Hafiz: Tanamkan Alquran dalam Dada Sampai Mati

Alquran adalah kumpulan firman Allah SWT yang di turunkan kepada seluruh manusia untuk menjadi pedoman dalam berkehidupsan di dunia. Inilah bentuk mukjizat luar biasa yang allah limpahkan kepada umat nabi Muhammad SAW.

Sesuai isi dengan ayat

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي شِيَعِ الْأَوَّلِيْنَ ( الحجرات : ٩)

“Sesungguhnya kami-lah yang menurunksn Alquran dan kami (pula) yang memelihara”(QS Al Hajr: 9)

Alquran akan selalu ada di dalam dada para manusia, kala ia membaca bahkan ia menghgafalnya. Lalu bagaimanakah pendapat Anda mengenai seorang hafiz?

Berbicara mengenai hafiz (penghafal Alquran) lumrah terdengar di khalayak khususnya masyarakat muslim, lantas mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan gelar tersebut. Namun, kebnyakan niat yang di tanamkan sejak awal sudah salah.tak jarang oirang berniat menghafalnya hanya untuk mendapatkan beasisiswa, mentenarkan namanya juga untuk membahagiakan orang tuanya. Perlu diketahui bahwa menghafal Alquran tujuannya adalah satu, karena Allah SWT. Jika karena tujuan Allah SWT, maka tujuan dunia akhirat kita dapatkan. Disebutkan bahwa, kelak di hari kiamat Alquran datang membela satu surah demi surah.Surah Al Baqaoroh memberi Anda syafaat ,Ali Imran datang mencari-cari Anda, Al-A’rof mengharap Anda  dan Al Anfal menginkankan Anda.

Membacanya sudah mendapatkan pahala yang luar yang biasa,setiap satu hurufnya terdapat pahala,bagaimana jika satu Alquran. Terlebih saat kita menghafalnya, maka secara otimatiskita akan membaca Alquran tersebut berulang-ulang, berapa pahala yang terkumpul. Namun, Allah SWT juga akan memberikan imbalan sesuai dengan apa yang di kerjakan. Jika kitadengan bermalas-malasan dengan tujuan tak tentu arah,jelas berbda dengan orang menghafal al quran di tengah malam dan di sadikit waktunya, dengan orang,dengan tujuan karena SWT semata. Abdullah bin mas’ud ra mengatakan “Sorang penghafa Alquran harus sholat malam kala semua orang terlelap, puasa pada siang hari kala semuanya berbuka, sedih kala semuanya gembira, menangis kala semuanya tertawa, diam kala semuanya bersikap sombong. Penghafal Alquran harus lemah lembut, tidak pantas bersikap kasar, suka membantah, nerteriak gaduah ataupun berperilaku keras.”

Menjadi penghafal Alquran bukanlah suatu yang amat sulit. Namun, perlu dipertanggungjawabkan kelak. Oleh karena itu, kita harus senantiasa menanamkan Alquran dalam dada hingga ajal menjemput. “Sebenarnya, Alquran itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang yang berilmu. Hanya orang-orang yang zalim yang mengingkari ayat-ayat kami” (QS. Al-Ankaubat:49). Menghafal Alquran adalah bukti nyata kepercayaan Allah kepada orang tersebut untuk menjadikan Alquran bertempat di dadanya sampai kapanpun. Lantas bagaimanakah kedudukan Alquran di dalam Islam?

(baca juga: Tips Memakai Hijab Keren Ala Santri Nuris)

Islam memprioritaskan para penghafal Alquran di atas yang lain dalam masalah fatwa, musyawarah (jajak pendapat), karena orang yang hatinya diterangi cahaya Alquran lebih mampu membedakan kebenaran dengan kebatilan. Para penghafal Alquran adalah imam bagi para umat dalam sholat serta pemegang janji Islam. Niat haruslah tertanam untuk memulai menghafal Alquran, tidak lupa juga dengan usahanya yang matang. Tahap-tahap menjadi seorang hafidz haruslah dilakukan. Pertama iaah ikhlas dalam menghafal ayat demi ayat, kemudian telaf yang kuat dan bulat, mengetahui nilai amalan yang Anda lakukan, mengamalkan hafalan, meninggalkan dosa kecil dan besar, berdoa kepada Allah agar niatnya tercapai, memahami ayat dengan benar sesuai dengan penafsiran yang tepat, menguasai ilmu tajwid dan makhrojul huruf, memurojaah (mengulang-ulang hafalan), dan sholat dengan membaca ayat-ayat yang dihafal.  Sungguh betapa besar kedudukan seorang hafiz di mata dunia dan akhirat. Tapi ironisnya sebagian umat muslim cenderung mengurungkan niat untuk menghafal Alquran karena segudang kesibukan dan kemalasan. Maukah Anda kalah dengan kakek yang berusia 70 tahun yang menjadi seorang hafiz?

Abdullah Muhammad Musa adalah seorang kakek berumur 70 tahun. Semasa kecil ia hanya mampu menghafal 2 juz Alquran. Setelah ia dewasa hafalan itu hilang dan tak pernah menghafal Alquran kembali. Terlebih dengan segudang kesibukan yang dia hadapi. Namun, menjelang usia tua ia sadar dan mulai untuk menghafalkan lagi. Tekadnya sangat bulat, hal ini didukung oleh hadits nabi yang menyatakan.

أَهْلُ الْقُرْآنِ أَهْلُ اللهِ وَخَاصَّتُهُ

“Ahli, Alquran adalah keluarga Allah (para wali) dan orang-orang terdekat-Nya”. HR. An-Nasai dengan Sanan Hasan.

(baca juga: Keunikan Tahun Kabisat)

Di bawah bimbingan Syaikh Abdullah Abduh Nusaqi di masjid Raya Abdul Aziz ia berhasil menghafal 10 juz Alquran. Setelah itu ia berpindah tempat dan berhasil menuntaskan hafalannya 20 juz Alquran dalam kurun waktu 2, 5 tahun. Setelah itu, oada umumnya yang ke-70 tahun ia berhasil meraih cita-citanya menjadi seorang hafiz. Dari cerita di atas dapat disimpulkan bahwa menjadi seorang hafidz tidak dibatasi oleh usia., asalkan mempunyai tekad bulat dan kuat. Apakah kita tidak malu dengan Kakek tersebut. oleh karenanya, sebagai penerus pemimpin umat wajiblah kita tumbuhkan semangat tinggi. Mari mulai dari sekarang berkacalah dengan segenap waktu yang dilalui dengan sia-sia. Belajar memanfaatkan waktu dengan hal-hal bermanfaat seperti menghafal ayat-ayat Allah SWT. Masihkah ada keraguan dalam diri Anda menjadi hafiz? Renungilah kembali karena waktu akan terus berlalu. (Red/Ahmad)

Penulis merupakan siswa MA Unggulan Nuris kelas X PKA. Saat ini penulis menjadi anggota aktif di ektrakurikuler jurnalistik dan aktif menulis di website Pesantrennuris.net

Related Post