Familiar dengan kitabnya bernama Alfiyah. Karya monumental Ibnu Malik ini, berisi kaidah-kaidah bahasa Arab yang bermuara seputar ilmu Nahwu dan Shorrof. Kedua ilmu tersebut sudah populer dikaji di dunia pesantren, baik itu di pesantren salaf, maupun modern. Bahkan kitab tersebut dijadikan landasan pengajaran literatur bahasa Arab di universitas idaman para santri, salah satunya adalah Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Nama lengkap beliau adalah Syeikh al-Allamah Muhammad Jamaluddin Ibnu Abdillah Ibnu Malik at-kekuasaan pemerintahan Andalusia (Spanyol). Konon, penduduk negeri tersebut sangat mencintai ilmu pengetahuan, bahkan mereka saling bersaing dalam menciptakan sebuah karya-karya ilmiah.
(baca juga: Abu Hasan Al- Asy’ari (W.324 H/936 M), Pencetus Aswaja)
Nama Ibnu Malik di daerah tersebut mulai tercium harum dan dikagumi oleh para ulama’, karena sifat kejeniusan dan kecerdasan beliau yang luar biasa dalam menyampaikan sebah karya ilmianya. Sosok kelahiran Jayyan ini, banyak membahas teori-teori Nahwiyah sebagai analogi teori-teori Madzhab Andalusia yang jarang diketahui oleh orang-orang Syiria pada saat itu.
Selain itu,beliau juga mengambil syahid dari syair-syair sastrawan Arab kenamaan. Semua itu adalah suatu pemikiran yang diproses melalui paradigama yang dituangkan dalam kitab-kitab karanganya,baik berbentuk nadzom,maupun berbentuk natsar (prosa). Sesungguhnya,karangan beliau ini masih lebih baik dan lebih indah dari tokoh pendahulunya.
(baca juga: Mengenal Abu Hasan Sang Hafiz dari Baghdad)
Sebelum kerajaan besar di Andalusia runtuh,pelajaran ilmu Nahwu pada awalnya cenderung tidak banyak diminati oleh masyarakat, akan tetapi lama kelamaan pelajaran ini mulai banyak digemari oleh masyarakat sekitarnya,bahkan menjamur ke pelosok – pelosok desa terpencil,maka mulailah bermunculan karya-karya ilmiah dari goresan tinta para ulama dan para cendekiawan jenius yang menambah semarak kecintaan masyarakat terhadap ilmu Nahwu dan Shorrof.(Red/Naja)
Gambar kitab Alfiyah