Sepenggal Kisah Santri Nuris di Watthanatam Thailand (NSEP part 2)
Catatan NSEP (Nuris Student Exchange Programme) 2018 di Thailand 10 Februari 2018
Hari pertama saya di negeri gajah putih saya langsung dipertemukan dengan “budak” Thailand. Mungkin terdengar lebih kasar dengan kata “budak”, namun sebutan tersebut sudah hal biasa di Thailand. Pagi yang menjadi pembuka cerita saya selama di Thailand, yaitu saya di suguhkan oleh hidangan khas negeri 1.000 pagoda itu. Nasi krabu dan chak yaw (Teh hijau) yang menjadi santapan pertama saya. Awalnya saya merasa asing dengan hidangan tersebut, namun di balik keanehan rasa makanan itu tersimpan sebuah kenikmatan yang sama nikmat dan lezatnya dengan makanan Indonesia apalagi dengan segelas chak yaw yang katanya bisa menjaga kecantikan tubuh kita.
Setelah itu, saya diajak untuk menghadiri sebuah acara pertemuan dengan Babo atau lebih di kenal dengan sebutan pengasuh sebuah pesantren di Indonesia. Dan lebih menariknya lagi saya juga langsung dipertemukan dengan kawan-kawan Thailand. Sebuah pengalaman yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya bercakap dengan audience yang berbeda bahasa bahkan budaya sekalipun. Hal Itu merupakan tantangan besar bagi saya, untungnya saya mempunyai bekal dari Indonesia walaupun hanya sedikit. Mungkin bahasa Thailand saya masi terbata-bata, namun respon yang sangat besar dari mereka yang membuat saya nyaman berbicara di depan mereka. Mereka sangat antusias dengan kehadiran saya dan teman saya di sana.
(baca juga: Bertemu Mufti Kuala Lumpur, Megahnya Masjid Putra Jaya dari Pesantren Al Abaqirah (NSEP part 1))
Selepas saya bertatap muka dengan mereka, saya langsung diajak menuju Resort Bintang Sembilan. Saya tidak tau apa tujuan saya diajak ke sana. Ternyata saya bertemu dengan kakak PPL (Program Praktik Lapang) yang mengabdi terlebih dahulu dari pada saya. Selain itu, saya juga dipertemukan dengan teman-teman NSEP lainnya.
Saya juga terkesan untuk menngahadiri lomba puisi seluruh sekolah di Thailand Selatan, sekaligus pelepasan kita untuk mengabdi di Thailand selama satu bulan ke depan. Entah kenapa kakak PPL dan beberapa jajaran Badan Alumni meminta kami untuk ikut berpartisipasi memeriahkan acara itu. Kita sudah bingung apa yang harus kita tampilkan, mengingat jumlah NSEP yang hanya 9 anak. Namun berkat dorongan mbak Izza atau lebih dikenal di Nuris sebagai santri of the year 2017 kita bisa mendapat solusi. Akhirnya kita menampilkan music acapella dan pidato.
Setelah beberapa acara kita lalui, tibalah di puncak acara yaitu pelepasan peserta NSEP disebar ke berbagai pondok pesantren, beberapa wilayah Thailand, khususnya Thailand Selatan. Kita di bagi dalam 2 orang untuk setiap pondok pesantren. Pondok pesantren yang ditempati peserta NSEP 2018 ini meliputi Pombing (Pattani), Aronsas ( Pattani), Rusmee Staphana (Pattani), Songkla, dan Narathiwat. Pada hari itu juga, kesembilan dari kai harus dipisah. Babo dan para rombongan telah menjemput kami. Mungkin itu awal rasa pahit yang kami rasakan, karena kami harus terpisah di negeri orang. Negeri yang mana belum pernah kita jamah sebelumnya.
(baca juga: Pelepasan NSEP 2018, Santri Pesantren Nuris Jember Menuju Gerbang Internasional)
Keesokan harinya saya sudah tiba di tempat pengabdian yaitu di Watthanatham Pombing. Watthanatham adalah pondok pesanteren yang telah berdiri sekitar 54 tahun silam. Di sana juga sangat kental akan ajaran Ahlusunnah Waljamaah. Dengan kedatangan saya dan teman saya di sana mereka sangat menyambut dengan penuh kebahagiaan. Apalagi sebelumnya saya sudah memperkenalkan pondok pesantren saya, Pesantren Nuris Jember yang juga menganut ajaran Ahlusunnah waljama’ah. Di Watthanatham lah saya selama satu bulan menjalani rutinitas seperti santri sana.
Tepat pada hari Senin tanggal 12 Februari 2018 hari pertama saya sekolah. Saya langsung mengikuti upacara, tidak jauh berbeda dengan upacara di Indonesia. Saya juga ikut menyanyikan lagu kebangsaan Thailand dan lagu Mars Wathanatham. Lepas itu, saya langsung masuk kelas, saya di tempatkan di kelas 7 alif untuk kelas agama sedangkan kelas academic saya duduk di kelas 5. Di sana saya menemui banyak kawan baru, saya sangat bersyukur bisa kenal dengan mereka.[Sandy/AF.Red]