Pada dasarnya pendidikan memuat gambaram tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Tapi ketika dunia pendidikan kembali dituding telah gagal membentuk watak mulia pada anak didik, maka seperti biasa segera muncul saran untuk memperbaiki sistem pendidikan. Apa yang salah dengan sistem pendidikan kita? Mengapa demikian? Semakin tertinggalnya pendidikan Bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain, harusnya membuat kita lebih termotivasi untuk berbenah diri. Banyaknya permasalahan pendidikan yang muncul ke permukaan merupakan gambaran praktik pendidikan kita. Berikut pandangan Drs. Moch.Hasan, M.Sc., Ph.D., tentang sistem dan potret pendidikan bangsa Indonesia. Di sela-sela kegiatan beliau di kantor Rektorat Universitas Jember, Iqbal Fathoni, M. Tamimurrahman, dan Alivia Nadaru Aisyi (Reporter MN) berhasil mewawancarainya. Berikut petikannya.
Berbicara tentang pendidikan, tentunya tidak lepas dari sistem pendidikan. Menurut Bapak apa sebenarnya sistem pendidikan itu?
Kalau kita perhatikan, sistem pendidikan di Indonesia masih banyak mengadopsi dari luar negeri. Dari melihat berbagai dinamika, kita masih mencari bentuk atau format terbaik yang sesuai denan karakter masyarakat di Indonesia, sehingga dari period eke periode, selalu ada perubahan bentu atau format. Sampai ada guyonan “ganti pemerintah, ganti kebijakan”, saya rasa itu hal yang wajar karena didasari oleh keinginan menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik disbanding periode-periode sebelumnya.
(baca juga: Sering Berlatih Soal, Antarkan Rizqo Alfiani untuk Beprestasi)
Kalau selalu ada perubuhan sistem, lalu sebenarnya sistem pendidikan yang cocok untuk karakter bangsa kita?
Saya melihat kita terus berusaha menuju ke pendidikan yang lebih baik. Makanya selalu ada perubahan sistem pendidikan kita. Misalnya dulu ada materi untuk anak kelas 1 tingkat SLTP tentang lembaga tinggi negara. Itu apa kaitannya dengan anak yang masih kelas 1? Kan terlalu berlebihan, karenanya sudah ada perubahan-perubahan terkait dengan kurikulum. Kalau dibandingkan dengan di Australia dan Belanda, sistem pembelajaran yang mereka gunakan untuk kelas 1 sampai dengan kelas 3 rata-rata pelajarannya itu adalah pengembangan diri. Seorang siswa diharapkan bisa lebih senang dengan situasi di sekolah, dia lebih banyak dibiarkan bermain tetapi tetap diarahkan pada hal yang positif. Bahkan, orang tua ikut datang ke sekolah mengajari anak membaca.
Lalu apa yang dijadikan tolak ukur keberhasilan sistem pendidikan itu? Apakah dengan melihat yang diperkotaan saja?
Tentu tidak. Itu semua diciba untuk diakomodasikan. Karena itu pemerintah terus melakukan upaya untuk mmengurangi beban orang yang tidak mamu dengan adanya BOS dan sebagainya. Hal itu semua dilakukan untuk mendukung sistem pendidikan. Namun, masih banyak ditemukan pungutan-pungutan liar yang dilakukan oleh oknum-oknum sekolah sehingga orang tua masih mengeluarkan biaya. Jadi yang dijadikan acua itu tidak hana lembaga di kota saja.
(baca juga: Banyak Baca dan Latihan Analisis Soal, Kunci Wardatul Fitriah Raih Juara 1 Biologi KSM 2018)
Faktor apa saja yang mendukung terlaksananya sistem itu?
Yang utama tentunya sarana pendidikan dan kelengkapan yang ada dalam lembaga tersebut. Karena itu sangat mendukung terciptanya pelajar dengan kualitas pendidikan yang baik. Sekalipun ada yang mengatakan itu faktor utama, tidak bisa dipungkiri jika sarana memadai itu memudahkan kegiatan pembelajaran di suatu lemaga. Tapi walaupun sarana lengkap, kalau cara mengajar gurunya asal-asalan dan pelajarnya tidak semangat ya tidak ada gunanya juga. Sebab ada program Akreditasi untuk melihat sejauh mana suatu lembaga dan pengelolanya menyiapkan sarana yang lengkap.