Kyai Dawuh, Santri Unjuk Jari

Kyai Dawuh, Santri Unjuk Jari

Oleh: M. Izzul Aroby*

Pesantren Nuris – Jargon sami’na wa atho’na adalah jargon fenomenal di kalangan pesantren. Dawuh kyai bak titah raja pada kawulanya. Dilaksankan tanpa protes sedikitpun. Otoritas tertinggi sebuah pesantren adalah dawuh kyai. Di beberapa wilayah, dawuh kyai lebih berbobot dari pada sebuah himbauan pemerintah. Konon, santri sejati rela berkalang tanah demi marwahnya kyai. Suatu fenomena yang langka dan hanya terjadi apabila telah terjadi ikatan batin yang kuat antara kyai dan santri.

Lalu bagaimana jika ada santri yang unjuk jari ketika kyainya dawuh? Istilah kasarnya, menentang dan memprotes perintah kyai dan tidak melaksanakannya? Jika melakukan hal demikian, layakkah label santri disematkan padanya?

Secara fundamental, seorang mahaguru (kyai) tidak mungkin memberi perintah yang buruk pada santrinya, tidak mungkin menyuruh santri untuk memasuki jurang. Lalu sahkah seorang guru mencampuri urusan pribadi murid? Menyematkan jodoh semisal? Atau sekadar menginstruksikan memilih paslon tertentu? Lalu bagaimanakah sikap yang santri berbeda pandangan dengan kyainya?

(baca juga: Moralitas Kehidupan, Suara Santri di Buletin Nazrah)

Tentu tidak masalah, sepanjang dalam hati selalu terpatri rasa takzim pada guru. Perbedaan pandangan sangatlah wajar. Tidak masalah. Namun, beberapa koridor harus ditempuh sang murid, jangan sekalipun menyatakan perbedaan dengan guru di tempat umum, juga tidak elok memprovokasi sesama teman sejawat untuk mengalihkan pandangannya demi mengikuti pandangan pribadi. Apalagi sampai tingkatan suuzan terhadap guru.

Jika dirasa penting dan mendesak, sampaikan pandangan dan opsi ke guru. Seorang guru tidak akan tersinggung dan marah menghadapi muridnya yang kritis nan antusias.  Semua tentang pilihan. Bukankah sahabat pernah membuat usul tentang strategi perang ketika perang badar berlangsung, dan Rasulullah meng-amini usulan tersebut.

Berpikirlah terbuka tanpa mengabaikan etika.

Penulis adalah alumni MA Unggulan Nuris tahun lulus 2017, aktif kuliah di Polije 

(baca juga: Tiga Kesalahan Mahasiswa Baru)

Related Post