Bung Tomo; Sang Pelecut Semangat Rakyat

Orator Ulung, Sosok yang Taat dalam Agama Islam

*Abdul Malik Al Karim

Pesantren Nuris – Bung Tomo adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA. Perjuangan itu berakhir dengan meletusnya pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Pejuang bernama lengkap Soetomo ini pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses. Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Ketika ia terpilih pada 1944 untuk menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang disponsori Jepang, hampir tak seorang pun yang mengenalnya. Namun semua ini memang disiapkan Bung Tomo untuk peranannya yang sangat penting pada perjuangan selanjutnya.

Ketika pada Oktober dan November 1945, ia menjadi salah satu Pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya, yang pada waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh tentara-tentara NICA. Bung Tomo juga yang dengan lantang menyuarakan penolakan untuk menyerah kepada tentara Inggris.  Meskipun tentara Indonesia banyak yang gugur dalam dalam Pertempuran 10 November, kejadian itu tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia.

(baca juga: Maulid Nabi: Antara Tradisi, Keteladanan, dan Persatuan Bangsa)

Tiap cerita tentang peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya menyisakan cerita yang inspiratif. Salah satunya adalah perlawanan yang tidak seimbang antara sekutu/NICA yang bersenjata lengkap dengan teknologi yang mutakhir, sementara rakyat Indonesia, khususnya Surabaya dan sekitarnya, hanya bersenjatakan parang, celurit, bambu runcing, dan bedil. Sekutu tentu tidak akan pernah menyangka bahwa dua Jenderal Inggris, salah satunya Mallaby, tewas di tangan arek-arek Suroboyo yang minim senjata.

Sementara selama berperang di Eropa dan Negara Asia lain, tak satupun Jenderalnya yang tumbang! Kumandang ‘Takbir’ dan semboyan ‘Merdeka atau Mati’ yang selalu didengungkan oleh Bung Tomo melalui corong michrophone Radio komunitasnya itulah yang membakar semangat arek-arek Suroboyo dan rakyat Indonesia saat itu.  Siapapun akan kagum dengan pidatonya yang berapi-api.

Hal paling unik dan menarik dari pejuang yang lahir di Surabaya, 3 Oktober 1920, ini adalah jiwa nasionalisme dan spiritualisme yang disertai oleh ketulusan, kekonsistenan, dan kesederhanaannya. Bung Tomo adalah pejuang bangsa yang konsisten memegang teguh kesucian dalam perkataan atau pun perbuatan. Kekonsistenan dan ketulusan inilah yang membuat pekik takbir, Allahu Akbar, yang mengiringi tiap orasinya menjadi kekuatan sangat besar dan tak tertandingi.

(baca juga: Habib Munzir : Pendakwah Lembut dalam Islam)

Nah, karakter dan cara Bung Tomo berjuang inilah yang perlu kita garis bawahi. Sadar atau tidak, mikrofon adalah medianya! Artinya, beliau berjuang dengan keahliannya, yaitu sebagai orator yang mampu mengobarkan semangat perjuangan melalui kata-katanya. Bagaimana kata-kata kita mampu menggerakkan massa untuk berbuat kebaikan, itulah yang mestinya menjadi teladan bagi para pemimpin negeri ini. Tidak hanya berkata-kata manis, melainkan juga diikuti dengan perjuangan nyata. (lik/jai)

Jember, 13 Nopember 2018

Penulis adalah anggota aktif tim jurnalistik website putra di Yayasan Nuris Jember dan aktif sebagai siswa MA Unggulan Nuris.

Related Post