Tanda Lailatul Qadar yang Perlu Diketahui
Penulis: Muhammad Hamdi, S.Sy*
Pesantren Nuris – Lailatul qadar adalah malam paling utama setelah malam kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tidak semua orang bisa meraihnya. Bagi mereka yang bersungguh-sungguh dalam ibadahlah yang berpeluang mendapatkannya. Menurut Imam Nawawi al-Banteni, lailatul qadar merupakan peristiwa dengan tenggang waktu sekejap seperti halnya kilat menyambar, akan tetapi malam tersebut menjadi mulia karenanya.
Pada malam tersebut, Allah SWT memperlihatkan keajaiban-keajaiban alam malakut kepada hamba yang dikehendakinya. Dalam hal ini manusia berbeda-beda. Sebagian dari mereka ada yang diperlihatkan kebesaran kerajaan langit dan bumi. Mereka diperlihatkan para malaikat dengan segala aktivitasnya, ada yang rukuk dan ada yang sujud. Dan sebagian yang lain ada yang hanya bisa melihat suatu sinar.
Para ulama berbeda pendapat tentang persyaratan orang yang mendapatkan keutamaan lailatul qadar, apakah dia harus melihat keadaan malam lailatul qadar seperti keterangan di atas atau tidak. Sebab terkadang ada sebagian orang yang dikehendaki Allah SWT bisa melihat langsung peristiwa lailatul qadar.
(baca juga: Pengertian Sabilillah dalam Ayat Zakat)
Sebagian ulama menyaratkan hal tersebut. Sehingga apabila seseorang menghidupkan malam yang ketepatan adalah malam lailatul qadar tapi tidak merasakan kalau malam itu adalah malam lailatul qadar maka dia tidak mendapatkan fadhilah lailatul qadar. Sebagian ulama yang lain tidak menyaratkan harus mengetahui kalau malam itu adalah malam lailatul qadar. Sehingga disunnahkan baginya untuk menghidupkan sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan supaya yakin mendapatkan fadhilah malam lailatul qadar. Sebagian ulama mengunggulkan pendapat yang kedua dan menyimpulkan, fadhilah yang diterima orang yang mengetahui lailatul qadar lebih sempurna dari pada yang tidak mengetahuinya.
Tidak ada yang secara pasti mengetahui kapan terjadinya malam lailatul qadar kecuali Allah SWT. Akan tetapi Allah SWT memperlihatkan tanda-tanda datangnya malam lailatul qodar kepada hamba yang dikehendaki-Nya pada setiap tahun dari bulan Ramadan. Di antara tanda-tanda datangnya malam lailatul qadar adalah :
- Kondisinya terlihat terang dan jelas, seakan-akan di dalamnya bulan menyinari dengan tenang, tidak terasa dingin dan tidak juga terasa panas.
- Pada pagi harinya matahari muncul dengan tanpa disertai sinarnya, seperti bulan pada malam lailatul badr. Ini disebabkan aktivitas para malaikat yang berduyun-duyun naik ke langit dan turun ke bumi pada waktu itu, sehingga sayap-sayap dan badannya yang lembut menutupi cahaya dan sinar matahari. Pagi itu juga syaitan tidak bisa keluar bersamaan dengan keluarnya matahari. Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لاَ شُعَاعَ لَهَا
“Sesungguhnya pada hari (yang malamnya terjadi lailatul qodar) matahari keluar tanpa disertai sinar’’
أَنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ كُل يَوْمٍ بَيْنَ قَرْنَيْ شَيْطَانٍ إِلاَّ صَبِيحَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya setiap hari matahari keluar dintara dua tanduknya Syaitan kecuali paginya malam lailatul qodar’’
(baca juga: Petahana di Bulan Kedamaian)
Allah SWT memperlihatkan langsung kepada sebagian hambanya akan kejadian lailatul qadar seperti pada keterangan sebelumnya. Secara otomatis hamba tersebut telah mendapatkan fadhilah malam lailatul qadar yang dijanjikan Allah SWT yaitu pahala ibadah yang ia laksanakan malam itu lebih baik dari ibadah seribu bulan. Lantas ada suatu anjuran dari syara’ bagi orang yang merasa benar-benar yakin mendapatkan lailatul qadar. Dia disunnahkan untuk menyimpannya sebagai suatu rahasia pribadi, cukup Allah SWT dan dia sajalah yang mengetahui hal itu. Hikmahnya adalah lailatul qadar merupakan karomah (kemuliaan) yang dihadiahkan Allah SWT dan karomah itu dianjurkan untuk dirahasiakan.
Mengenai hal ini tidak ada perbedaan pendapat diantara ulama, sebab untuk menjaga diri dari riya’ dan sombong serta agar orang lain tidak menjadi hasud. Cukuplah baginya mengambil pelajaran dan mengamalkan ucapan Nabi Ya’qub as. kepada Nabi Yusuf as. Dibawah ini :
يَا بُنَيَّ لاَ تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلإِْنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ ) سورة يوسف / 5 (
“Wahai anakku, janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, maka mereka akan sangat memperdayai mu. Sesungguhnya syaitan bagi manusia adalah musuh yang nyata’’
Wallaahu a’lam bisshowab
Sumber;
Nihayatuzzain, Hal 198
Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, Juz 35 Hal 367 dan 368
Al Iqna’ fi Halli Alfadzi Abi Syuja’, Juz 1, Hal 212
Minhajul Qowim
*penulis adalah staf pengajar BMK di MA Unggulan Nuris