Benih Perkembangan Pendidikan Di Masa Rasulullah
Penulis: Lailiatur Rohmah, S.Sy*
Di Indonesia, mungkin kita mengenal tokoh pendidikan bernama Ki Hajar Dewantara, dan dari golongan perempuan, kita mengenal tokoh ibu Kartini, hingga dibuat hari bernama hari Kartini, atau diciptakannya lagu Ibu kita Kartini, yang hampir tak ada yang tak hafal lagu itu.
Lalu, dalam Islam siapa tokoh pendidikan kita? Jawabnya mudah, siapapun mengenalnya, sosok tampan nan piawai menjaga amanah, yaitu Nabi Muhammad SAW. Usahanya dalam memberantas kebodohan tak sekedar dirasakan suku Quraisy semata, bahkan banyak wilayah hingga sampai ke negara kita Indonesia. Yang merasakan pun tak hanya yang hidup pada masa beliau, melainkan sampai pada masa kita yang jelas memiliki perbedaan rentan waktu yang sangat jauh.
Benih perkembangan pendidikan paling riil pada masa beliau adalah usai perang badar meletus. Ketika kaum muslim memenangkan perang tersebut, otomatis banyak dari kalangan kafir yang menjadi tawanan, dan bagi mereka tawanan yang tidak dapat menebus diri mereka, maka Rasulullah memerintahkan mereka untuk mengajak anak-anak Anshar baca tulis.
(baca juga: Di Balik Lemah Genggam Wanita, Pendidikan Pertama Tercipta)
Para sahabat laki-laki tentu memiliki kesempatan yang luas untuk bertemu dan menggali ilmu secara langsung dari Rasulullah. Namun berbeda dengan perempuan, sehingga ummahatul mukmininlah yang akhirnya menjadi duta-duta wanita muslim pada masa itu.
Istri-istri nabi berkesempatan untuk mendapatkan ilmu dari nabi dengan leluasa, bahkan bisa mengetahui sunnah kebiasaan terkecil nabi yang sahabat kalangan laki-laki tidak tahu. Tak jarang pada masa itu muslimah yang memiliki permasalahan, bertanya melalui perantara ummahatul mukminin kepada Rasulullah SAW.
Salah satu istri nabi yang memiliki banyak kiprah di bidang pendidikan adalah Sayyidatuna ‘Aisyah. Kamar beliau menempel dengan masjid Nabawi tempat nabi berbagi ilmu dengan para sahabat, sehingga menjadi sebuah akses mudah bagi ‘Aisyah untuk mengikuti majlis ilmu tersebut, lantas bagian yang beliau kurang paham, beliau tanyakan kepada Rasulullah secara langsung ketika ada kesempatan.
(baca juga: Pendidikan Pesantren Terobosan Jitu Minimalisasi Kenakalan Remaja)
Diantaranya, suatu ketika ‘Aisyah ra mendengar sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang dihisab amalnya, maka dia akan di adzab”. Lalu ‘Aisyah ra bertanya kepada Rasulullah SAW, sesungguhnya Allah berfirman:
فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيْرًا
“Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah”. (QS. Al-Insyiqaq:8)
Kemudian Rasul menjawab, “yang seperti itu adalah tanda pengenal, maksudnya, barangsiapa yang dalam perhitungan amalnya banyak ditanya maka dia telah celaka”
Ditambah lagi dengan ketelitian, kejelian, kecerdasan dan ingatan kuat yang dimiliki ‘Aisyah ra, hadir ribuan hadits dari periwayatan beliau, yang menjadi sebuah rahmat bagi literatur keilmuan umat islam.
*Penulis adalah pegiat pendidikan bahasa Arab INAIFAS Kencong, Jember