Penulis: Handini Fatihatun Nabila dan Ana Muthiah*
Menjadi seorang Pimred (Pemimpin redaksi) sebuah majalah tidaklah mudah. Butuh keuletan, dan tanggung jawab yang besar untuk mengemban amanat yang telah dipercayakan. Namun, hal itu tidaklah menjadi beban bagi Nur Arina Zulfa. Pemimpin redaksi MN (Majalah Nuris) ini justru merasa sangat beruntung. Berikut adalah wawancara tim jurnalistik pesantrennuris.net Handini Fatihatun dan Ana Muthiah kepada Nur Arina Zulfa.
Bagaimana perasaan atau suka duka anda saat menjadi pemimpin redaksi MN?
Tentu saja selalu ada perasaan suka dan duka, tetapi di MN saya banyak belajar, yang dulunya saya tidak tahu cara memimpin sejak masuk di MN saya lebih tahu cara berorganisasi terutama dalam bidang kepemimpinan. Kalau tentang kadar suka atau dukanya, saya lebih banyak mengalami sukanya dan disini saya lebih banyak aktivitas kreatif yang saya kerjakan.
(Baca juga: Iffa Afida Jangan Takut Bermimpi)
Sejak kapan anda menjabat sebagai pemimpin redaksi?
Saya telah menjabat selama satu tahun, kurang lebih telah menyelesaikan 2-3 edisi. Sejak edisi 12 MN sudah mulai merekrut anggota dari tim siswa, ini agar mereka menjadikan MN sebagai wadah mengekspresikan diri lewat tulisan.
Bagaimana sistem kepenulisan yang anda terapkan pada MN?
Saya menerapkan sistem kepenulisan sesuai dengan penanggung jawab masing-masing, sesuai dengan kemampuan juga bakat dan minatnya. Membagi rubrik juga sesuai dengan jumlah anaknya.
Bagaimana cara anda untuk lebih memajukan MN?
Dengan cara mengubah proses manajemen MN, yang awalnya tim redaksi tidak ditentukan jobdisnya dirubah menjadi sesuai kemampuan meskipun hasil tulisan belum tentu semua bagus. Karena MN ini juga didistribusikan untuk umum maka kita harus mengubah objek kepenulisan di MN, bukan hanya tentang santri tapi juga tentang dunia luar.
(Baca juga: Achmad Syujai Proses Adalah Cerminan Dari Hasil)
Apa pesan anda untuk generasi MN kedepannya?
Pesan saya, setiap orang harus mempunyai karya agar bisa dikenang. Misalnya dalam bidang kepenulisan, karena di saat kita tiada sekalipun karya kita akan tetap ada dan bisa dinikmati orang lain. tetap jaga literasi.
Penulis merupakan siswa kelas XI IPA 1 SMA dan XI IPA A MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik.