Penulis: M. Irfan Maulana*
Mataku berkunang
mengintai yang ku kenang
perlahan, perlahan, dan perlahan
akupun jatuh pada keburaman
Para indraku tak mau berkata
menyandra, mengikat dan menyiksa
tinggallah anganku berkelana
menuju tempat tak berwarna
(Baca juga: Corak Nusantara)
Terik, dingin, kini sangat keji
menyiksaku yang tiada tau pasti
tentang tempat Sang Ilahi
walau sejatinya ada di hati
Akupun sibuk bertanya-tanya
akankah aku berada
jika lakonku tetap dusta
pada apa yang kujadikan fatwa?
Di dalam lahat ini aku berbaring
berteman dengan para cacing
menghadap dua pembesar
yang tak punya rasa gentar
Mataku terbelalak seketika
mendengar mereka berkata
Man Rabbuka?
Man Nabiyyuka?
Man Kitabuka?
Man Ikhwanuka?
Penulis merupakan siswa kelas XI PK MA Unggulan Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik