Penulis: Sirli Qurrota Aini*
Mayoritas masyarakat Indonesia adalah penggemar kopi yang tiada duanya. Kopi selalu menyandarkan kita pada bahu kenyamanan. Dimana kopi selalu mampu memberi kita inspirasi serta segala macam aspirasi. Baik inspirasi yang berasal dari keterpurukan ataupun jatuh cinta yang kita selingi dengan meminum kopi.
Kopi sendiri tidak pernah luput dari rasa pahit. Selayaknya sebuah kehidupan yang tidak pernah luput dari sebuah kesedihan, baik yang muncul akibat keterpurukan masalah hati, keluarga, bahkan pekerjaan. Kopi mengajarkan kita untuk selalu menyadari bahwa setiap kebahagiaan yang kita rasakan tidak akan selau menyertai kita.akan ada masa dimana kita merasakan air mata jatuh dari pelupuk mata kita.
(Baca juga: Filosofi Payung)
Selama kita bersedih atas keterpurukan itulah, Allah ingin melihat seberapa tabah kita menghadapi ujian tersebut. Ia ingin kita mendekat kepada-Nya juga berserah diri kepada-Nya atas segala kesedihan yang menimpa hidup kita.
Kopi juga mengindikasikan bahwa sudah sepatutnya kita bersyukur atas segala nikmat-Nya yang telah Ia anugerahkan kepada kita, baik itu berupa kesuksesan atau sebuah kebahagiaan yang tiada kita sangka-sangka datangnya dari mana. Sebab, Ialah Maha Segalanya, yang mampu menentukan segalanya tentang kita juga orang-orang di sekitar kita.
(Baca juga: Filosofi Air)
Namun, rasa pahit dalam kopi sendiri semakin terminimalisir oleh air hangat. Dimana kita akan di ajarkan bahwa kita harus lebih sering mendekatkan diri kepada-Nya. Sebab kita adalah hamba-Nya yang diciptakan unuk menyembah-Nya. Allah selalu mendekap hamba-Nya yang selalu mengingat-Nya di keadaan apapun, baik suka maupun duka.
Penulis merupakan siswa kelas XI IPA MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik