Imam Bukhari: Bermodal Kekuatan Hafalan dan Pena

Penulis: Muhammad Qorib Hamdani*

Seorang muhaddisin (ahli hadits) sudah tidak diragukan lagi tentang kedabitannya (kuat hafalannya) ataupun keadilannya (tidak melakukan dosa kecil maupun besar), karena suatu hadits jika ingin dikatakan sahih maka dilihat dari perilaku perawi dan ittisal as-sanad (sanadnya tidak terputus). Salah satu muhaddisin yang ternama adalah Imam Bukhari.

Nama lengkap Imam Bukhari adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin barzibah al-Bukhari. Beliau dilahirkan di kota Bukhara’, Uzbekistan pada tanggal 13 Syawal tahun 194 H (21 Juli 810 M), yang berasal dari keturunan Ulama’.

(Baca juga: Habiburrahman El Shirazy Tokoh Islam Menjadi Inspirasi Semuda Indonesia)

Imam Bukhari dikaruniai otak cerdas, pemikirannya tajam dan hafalannya kuat. Ketakwaan ayahnya diwarisi kepada Imam Bukhari yang sudah terlihat sejak lahir, sekaligus ayahnya menjadi idolanya dan guru pertamanya. Sejak usia lima tahun Imam Bukhari sudah ditinggal ayahnya dan mengarungi hidupnya bersama seorang ibu.

Sejak ayahnya meninggal, beliau semakin semangat untuk mengikuti jejak ayahnya. Menduduki usia 10 tahun, beliau sudah bisa menghafal hadits dengan mendatangi ulama’ hadits di kotanya. Setelah sampai pada usianya yang ke 16, beliau sudah bisa menghafal satu kitab Ibnu Mubarak di luar kepala.

Pada tahun 210 H beliau pergi ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji bersama ibu dan saudaranya sekaligus mencari ilmu. Setelah menunaikan ibadah haji, beliau mempunyai inisiatif untuk menetap di sana untuk menimba ilmu dari berbagai ulama’ sekitar empat tahun.

(Baca juga: Semakin Terinspirasi Dengan Sosok Imam Busyiri)

Ketika di kota Baghdad, Imam Bukhari diuji oleh 10 ulama’ setempat dengan menyodorkan sanad beserta matan secara acak. Namun hal itu tidak menjadi masalah bagi Imam Bukhari, alhasil Imam Bukhari sukses melakukannya. Selain mejadi perawi hadits beliau juga mempunyai kekuatan pena untuk menulis bebragai buku. Diantaranya buku-bukunya yang sudah terkenal adalah al-Jami’ as-Sahih, al-Adab al-Mufrad, at-Tarikh as-Shagir dan lain-lain.

Banyak para ulama’ yang menyanjung kitab Sahih Bukhari yang ditulisnya, seperti: Ibnu Khuzaimah yang berkata “Aku tidak pernah melihat di bawah kolong langit seseorang yang lebih tahu hadits Rasulullah Saw dan yang lebih dari pada Muhammad bin Ismail al-Bukhari.

Murid Imam Bukhari sangat banyak dan hadits-hadits yang terdapat di dalam kitab Sahih Bukari  pernah didengar secara langsung olehnya kurang lebih Sembilan puluh murid ketika beliau membacakannya. Diantara murid-muridnya yang terkenal adalah Muslim bin Hajjaj, at-Turmuzi, dan  lain-lain. Beliau meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (265) pada malam Idulfitri dalam usia 62 tahun. Beliau dimakamkan selepas salah Zuhur di Samarkand.

Penulis merupakan siswa kelas XI PK MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post