Penulis: Handini Fatihatun Nabila*
Peristiwa sejarah merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepas dari unsur waktu, ruang, dan manusia. Dalam peristiwa sejarah manusia tersebut berperan sebagai tokoh sejarah. Tokoh sejarah bisa berperan sebagai pelaku dan saksi. Tokoh sejarah di Indonesia sudah tersebar di berbagai penjuru nusa dan bangsa. Seperti, Bung Tomo yang terkenaal akan kobaran semangatnya di Surabaya, Cut Nyak Dien yang berjuang bersama rakyat Aceh, dan banyak tokoh sejarah lainnya.
Peristiwa sejarah Indonesia juga tidak sebatas di Surabaya ataupun di Aceh tetapi di daerah Jember juga terjadi peristiwa sejarah yang membangun perlawanan rakyat. Mulai dari masa penjajahan Jepang, terutama setelah kemerdekaan Indonesia Jember mulai ikut andil dalam menghadapi semua perlawanan bertubi-tubi yang menjadi sejarah bagi Indonesia sekarang.
(Baca juga: Sejarah Penetapan Hari-Santri Nasional)
Perlawanan rakyat Jember memunculkan dua tokoh heroik yakni Letkol Moch Sroedji dan Letkol dr. Soebandi. Tetapi dibalik kedua tokoh yang sudah sangat mengenang di kalangan masyarakat Jember, ternyata perlawanan rakyat Jember tidak hanya dipelopori oleh mereka.
Pak Bura, itulah nama seorang pahlawan yang jarang diperbincangkan oleh masyarakat Jember. padahal, dalam arsip Belanda nama Bura dikenal sebagai pimpinan laskar rakyat yang masuk DPO(Daftar Pertama Orang) nomor satu yang menjadi incaran oleh Belanda untuk ditangkap dan dihilangkan pada tahun 1948.
Pak Bura dikenal sebagai pahlawan berclurit yang selalu ia bawa kemana-mana. Dengan senjata andalannya Pak Bura bisa memimpin serta mengalahkan Belanda.Namun, tidak semudah itu Bura bisa mengalahkan Belanda. Jatuh bangun Bura membangun keberaniannya untuk melawan Belanda. Bura yang hanya manusia pribumi biasa juga pernah dipaksa oleh Belanda untuk menandatangani perjajnjian dengan Belanda yang berisi ajakan Belanda kepada Bura untuk bergabung menghianati rakyat pribumi.
Akhirnya Belanda semakin geram dengan keteguhan Bura untuk terus membela rakyat Indonesia. Kemudian, saat pasukan Jember hijrah ke Bondowoso, Belanda mulai menjalankan akal liciknya. Belanda berhasil menangkap Bura ketika Bura menjalankan ibadah sholat shubuh di Masjid H. Abdul Adim (Masjid An-Nur). Belanda menembak sampai gugur Pak Bura, lalu menggeretnya melalui rute dari Desa Sumber Jeruk-Kalisat dan dibakar di Desa Jatian.
(Baca juga: PMI Volunteer For Humaniter)
Kejadian tersebut, membawa suatu bukti yang bisa dikenang hingga sekarang. Melalui tugu kecil yang dibangun oleh teman seperjuangan Pak Bura yakni Pak Basri yang menjadikan tugu kecil lokasi pembakaran Pak Bura menjadi tempat mengenang jasa-jasa. Kebanyakana orang mengenal tempat tersebut dengan nama “ Monumen Pahlawan Bura”. Tak hanya itu, akhirnya nama Pahlawan Bura dijadikan suatu nama jalan di daerah menuju monument tersebut hingga Desa Subo.
Begitulah akhir perjuangan Pak Bura yang menjadi pahlawan jarang dikenal di kalangan masyarakat. Oleh karena itu siswa dari SMA Nuris Jember yakni Lalilatul Safitri N.H. mengangkat kisah Pak Bura sebagai pahlawan lokal di Desa Jatian Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember,yang memiliki peranan besar dalam mempertahankan kemerdekaan. Siswa SMA Nuris Jember ini, juga mengharapkan dengan adanya kisah dari pahlawan Indonesia bisa menjadi penambah wawasan bagi masyarakat Indonesia.
Penulis merupakan siswa kelas XI IPA SMA Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik