Penulis: Muhammad Qorib Hamdani*
Budaya merupakan salah satu simbol atau identitas bertanah air, berbangsa dan berbahasa satu. Istilah bahasa secara partukular adalah pengikat hubungan nasional sekaligus penanda identitas berbangsa. Namun sejak zaman modern menjadi bingkai warga Indonesia, identitas ini mengalami gradasi pembahasan.
(Baca juga: Gugah Literasi Santri Lewat Bedah Buku Gandrung Melarung Mendung)
Jangankan untuk menguatkan bahasa Indonesia, kecenderungan warga Indonesia di tengah komponen ini lebih pada bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia sendiri. Masalahnya bukan hanya masyarakat yang menggunakan bahasa Inggris akan tetapi pemerintah juga melakukannya.
Istilah bahasa Inggris seperti take care, safe light, dan lain-lain seakan sudah mendarah daging untuk disebutkan. Masyarakat akan lebih condong pada suatu hal yang viral dan lucu meskipun bahasa Indonesia yang digunakannya salah dan tidak baku.
(Baca juga: Berkeliling Untuk Memberikan Manfaat Lewat Literasi)
Pemuda Indonesia adalah cahaya harapan bangsa, karena dialah yang akan menjadi regenerasi Indonesia sekaligus menjadi pemuda yang bisa mengembalikan kejayaan bahasa Indonesia. Bahasa juga sebagai alat penyampai gagasan dan alat komunikasi secara efektif. Hal itu bisa kita lihat dalam buku-buku yang memuat karya sastra atau hanya sekedar buku pelajaran.
Kegiatan literasi ada kaitannya dengan bahasa yang merupakan komponen terpenting dalam menghadapi ilmu. Jika bahasa yang digunakan tidak teratur dalam penyampaian ilmu maka apapun ilmu itu akan sulit untuk kita serap atau dipahami, maka dari itu bahasa merupakan aspek startegis dalam membentuk karakter pemuda harapan bangsa.
Alat teknologi di era modern yang menjadi anutan juga bisa membantu meningkatkan budaya literasi dengan mudahnya mengakses berita melalui internet, namun dalam sudut pandang negatif masyarakat lebih condong pada hal yang instan seperti melihat tayangan berita di yputube dengan bahasa yang kekinian.
Lalu bagaimana budaya literasi agar tumbuh kembali? Salah satu cara kecil yang mudah dilakukan adalah membuat tulisan berita, artikel, atau apapun dengan judul yang menarik sehingga masyarakat akan penasaran untuk membaca, karena judul merupakan aspek strategis dalam sebuah tulisan.
Berawal dari penulisan di medsos, blog pribadi, judul tulisan yang membuat orang penasaran dan mengadakan seminar atau sosialisasi dengan tema bersilaturahmi sembari memperkenalkan budaya literasi.
Dengan cara-cara tersebut maka masyarakat akan lebih memahami dan mengenal budaya literasi, sehingga dapat meningkatkan budi pekerti seseorang, karena masyarakat tahu bahasa apa yang pantas untuk digunakan. Hal ini selain meningkatkan pengetahuan bahasa dan budaya literasi juga dapat meningkatkan budi pekerti seseorang.
Penulis merupakan siswa kelas XI PK MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik