Penulis: Muhammad Qorib Hamdani*
Sebagai umat Islam harus tahu bagaimana kitab suci (Al-Quran) kita turun, pada awalnya Al-Quran tidak langsung turun kepada Nabi Muhammad dengan satu kitab penuh yang kita kenali saat ini. Namun turunnya Al-Quran ini dilakukan secara bertahap disertai dengan sebab-musabab turunnya ayat (Asbabun Nuzul). tak lama kemudian Al-Quran menjadi utuh selama 22 tahun 2 bulan dan 22 hari. Selesainya Al-Quran bertepatan pada menjelangnya kewafatan Nabi Muhammad SAW pada 9 Dzulhijjah tahun 10 H (27 Oktober 632 M), dengan terkahir turunnya ayat yang terakhir yaitu surah Al-Maidah ayat 3.
Angin malam melantunkan kelembutannya dengan berhias cahaya, Nabi Muhahammad Saw masih terjaga dalam kesnedirian (Khalwah). Al-Ghazali mengatakan khalwah sebagai proses atau momen menyerap aspirasi dari langit.
(Baca juga: Sejarah puasa asyura)
Ketika nabi keluar dari gua tersebut terjadilah sesuatu yaitu Jibril menampakkan dirinya di hadapan Rasulullah dan berkata, “Selamat atas Anda, Muhammad. Aku Jibril pembawa “Suara Tuhan”. Anda adalah Rasulullah, utusan Allah kepada umat ini.” Tak lama kemudian Jibril memeluk Rasulullah samil berkata, “Bacalah!”
Nabi pun mengatakan, “Aku tidak bisa membaca.” Namun Jibril tetap mengatakan hal yang sama, “Bacalah!” sedangkan nabi tetap menjawab hal yang sama. Lalu Jibril mengulang pertanyaannya, sampai pada yang keempat lalu Rasulullah mengatakan,
إِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِى خَلَقَ. خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. إِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُ الَّذِى عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal dara[h. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan (perantaraan) pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al ‘Alaq, 1-5).
Setelah beliau selesai mengikuti Jibril membaca 5 ayat Al-Alaq tersebut Jibril menghilang. Nabi Muhammad masih terganggu pikirannya oleh kedatangan Jibril yang merasakan ketakutan sampai tubuhnya menggigil, keringat dingin bercucuran deras dari pori-pori tubuhnya hingga jantungnya menghasilkan frekuensi yang tak karuan.
(Baca juga: Sejarah Seni Hadrah di Indonesia)
Lalu Rasulullah pulang menemui istrinya Khodijah. Sampai di rumah beliau masuk ke kamarnya dan meminta Khadijah untuk menyelimuti dirinya, “Selimuti aku sekarang.” Lalu Khadijah pun menyelimutinya ke seluruh tubuh Nabi Muhammad dengan sangat rapat. Setelah rasa takut beliau mereda, lalu beliau menceritakan kejadian yang telah dialami, “Aku takut diriku aku hawatir sekali.” Lalu khadijah pun mengatakan,
كَلّا. أَبْشِرْ فَوَ اللهِ لَا يُخْزِيكَ اللهُ اَبَداً, وَاللهِ إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَصْدُقُ الْحَدِيثَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِى الضَّيْفَ, وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
“Tidak, sayangku. Demi Allah, Dia tidak akan pernah merendahkanmu. Engkaulah orang yang akan mempersatukan dan mempersaudarakan umat manusia, memikul beban penderitaan orang lain, bekerja untuk mereka yang papa, menjamu tamu dan menolong orang-orang yang menderita demi kebenaran.”
Khadijah pun mengatakan kepada putra pamannya, Waraqah bin Naufal. Seorang pendeta Nasrani dan penafsir Bible, lalu Khadijah mengatakan, “Tolong dengarkan apa yang disampaikan sepupumu.” Lalu Nabi SAW mulai menceritakan apa yang dilihat dan dialaminya bersama Jibril dalam gua Hira.
Tentunya Waraqah sangat mengerti soal itu, apa yang telah dialami oleh Nabi Muhammad tersebut merupakan memang benar tanda-tanda kenabian dari sejarah para nabi sebelumnya. Ia lalu mengatakan, “Muhammad, itulah Namus yang pernah turun kepada Nabi Musa as. Kau akan menjadi utusan Tuhan. Kau akan didustakan, disakiti, diusir dan dibunuh. Kalau saja aku masih muda dan kuat, aku pasti akan membelamu, manakala kaummu mengusirmu.”
Rasulullah SAW kemudian bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku ?” “Ya, dan tak ada seorang pun yang sanggup menanggung beban berat seperti yang akan kamu tanggung,” jawab Waraqah.
Nabi pun mendengar hal itu lantas membuat hatinya gundah. Ia langsung membayangkan akan kejadian yang menimpanya seperti dikejar-kejar layaknya penjahat dan menjadi buronan setiap hari oleh umatnya sendiri.
Sumber gambar: news.detik.com
Penulis merupakan siswa kelas XI PK MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik