Santri Baru: Belajar Adaptasi di Lingkungan Pesantren

Penulis: Fela Eka dan Handini Fatihatun Nabila*

Menjadi santri bukanlah suatu problem yang sangat sulit untuk di pecahkan. Menjadi santri adalah sebuah keistimewaan yang tidak pernah ditemui di lingkungan luar. Lalu bagaimana pendapat para santri baru yang berani terjun langsung ke lingkungan pesantren?. Ikuti selengkapnya dalam wawancara bersama salah seorang santri putri baru yang bernama Naura.

(Baca juga:Tegar ramadani: cara mengatasi kegagalan adalah ikut lomba lagi)

Mengapa anda memilih untuk melanjutkan pendidikan di pondok pesantren?

Saya memilih melanjutkan pendidikan di pondok pesantren karena ingin mendalami ilmu agama dan ingin lebih belajar mandiri.

Bagaimana perasaaan anda setelah masuk di lingkungan pesantren?

pertama-tama ya pasti ada rasa nggak kerasan. Yang rindu rumah, orang tua, keluarga, dan media sosial. Tetapi setelah dua mingggu merasakan kehidupan pesantren, saya jadi bisa beradaptasi dan sudah mulai merasakan indahnya menjadi santri. Tak lupa, saya juga sangat bersyukur bisa mencicipi kehidupan pesantren yang sesungguhnya dan punya banyak barokah di dalamnya.

Menurut Anda apa perbedaan yang anda temui antara kehidupan di rumah dan di lingkungan pesantren?

Ya, perbedaannya sangat menonjol. Kalo di pesantren semua cenderung harus mengantri panjang. Entah itu kamar mandi, antri makan, antri nyuci baju dan sebagainya. Juga tak lupa peraturan-peraturan pesantren yang harus di patuhi. Aktivitas yang dibutuhkan saat di pesantren juga sangat padat tidak seperti di rumah, yang hanya berangkat sekolah, pulang lagi, belajar, bantu orang tua, itupun masih banyak waktu yang terbuang sia-sia.

(Baca juga: Yuk kita lihat pendapat mereka mengenai new normal)

Bagaimana usaha anda agar cepat merasa betah di pesantren?

Itu susah banget mbak. Mungkin pertama saya harus merasa ikhlas untuk tidak tinggal bersama orang tua dan harus ikhlas belajar di pesantren. Lalu, saya memilih untuk menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan di pondok agar gak teringat orang tua dan rumah. Juga memperluas jaringan pertemanan agar memiliki teman bercerita dan untuk menghilangkan kejenuhan di pesantren.  

Untuk tahun ini kedatangan santri baru bersamaan dengan pandemi covid-19, sehingga santri lama ataupun santri baru tidak di perkenankan bertemu orang tuanya. Lalu apa yang anda lakukan agar bisa melepas rasa rindu keluarga?

Saat ini ya yang bisa dilakukan hanya sekedar mendengar suara ayah atau ibu lewat fasilitas telepon yang disediakan pondok. Itupun harus mengantri berjam-jam dahulu dan juga dibatasi. Tapi kalau rindu masakan rumah masih bisa mengirimkannya ke pesantren tanpa bertemu langsung. Tak lupa memanjatkan do’a setiap harinya. Minimal Al- Fatihah ke orang tua dan keluarga.

Apa pesan anda untuk teman-teman di luar sana yang belum mencoba lingkungan pesantren?

Untuk teman-teman yang ingin mendalami ilmu agama dan melatih kemandirian, belajarlah dari sekarang dengan cara menjadi santri yang baik. Karena menurut saya, teman-teman akan menemukan sesuatu yang belum pernah ditemui di luar sana saat belajar di lingkungan pesantren.

Penulis merupakan siswa kelas XII IPA SMA Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post