Penulis: Tazyinatul Ilmiah*
Aan Mansyur. Siapa yang tidak mengenal sosok sastrawan muda yang lahir di Bone, Sulawesi Selatan. Namanya kian melejit tatkala Riri Riza mengajaknya menulis puisi dalam proyek film AADC 2.
Dalam hal kreatifitas Aan Mansyur cukup produktif dalam menghasilkan karya. Banyak sekali buku yang telah ia lahirkan di antaranya: Kukila(2012), kumpulan puisi Melihat Api Bekerja(2015), Lelaki Terakhir yang Nangis di Bumi(2015), Tidak Ada New York (2016), There Is New York Today (2016), Cinta yang Marah (2017), dan Sebelum Sendiri (2017). Itulah sederet karya yang ia lahirkan dalam dunia sastra Indonesia.
(Baca juga: kisah perjalanan hijrah almarhum ustadz jefri al bukhori)
Namun, bagi orang yang tak begitu mengenal dunia kepenulisan atau dunia sastra, tentu Aan Mansyur bukan sosok yang begitu dikenal. Namun jika mereka menikmati puisi yang dibaca Rangga (red: Nicholas Saputra) dalam film AADC 2, maka perlu diketahui bahwa itu adalah puisi Aan Mansyur.
“Meriang. Meriang. Aku meriang. Kau yang panas di kening, kau yang dingin dikenang”
Siapa yang tidak mengenal film yang mampu memikat para remaja ini? Ya. Film Ada Apa dengan Cinta kembali hadir setelah Rangga berkelana ke New York dan bertemu kembali dengan Cinta. Dalam film itu banyak sekali dialog-dialog puisi yang disampaikan atau diucapkan oleh sang pemeran utama dan Aan Mansyur menyumbangkan buah karyanya di sana.
“Saya harus membawa diri saya menjadi seorang Rangga kala itu. Bagaimana cara berpikir dia selama 14 tahun sebelum akhirnya bertemu kembali dengan cinta, apa saja yang ia lakukan selama di di New York” ujarnya pada saat ditanya seberapa sulitnya menyelesaikan projek film AADC yang ke 2. Menurutnya puisi adalah ruang meski sempit yang membuat nya leluasa menuangkan segala keyakinan-keyakinannya.
(Baca juga: belajar dari sri izzati penulis muda yang kaya karya)
Selain bergelut di dunia kesusastraan,ia merupakan sosok relawan si komunitas Ininnawa dan pustakawan di Katakerja yang gemar memotret. Ia juga mengikuti Residensi Penulis 2017 yang diselenggarakn oleh Komite Buku Nasional ysng bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Beasiswa Unggulan.
Hari-hari Aan Mansyur diisi sebagai Pustakawan di Katakerja, pelatihan mengisi acara jika berkesempatan diundang dalam kegiatan diskusi, dan sesekali ia menjadi dewan juri dalam ajang lomba menulis.
Sumber gambar: hipwee.com
Penulis merupakan siswa kelas XI IPA SMA Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik