Penulis: Lubna Rahma*
Jas
hitam terbentang bersama langkah tegap
Melantangkan
kokohnya singgasana
Bertaut
dasi nan terjuntai
Bahkan
tanpa zak yang berbisik
Berlumur
kilap pantovel
Sebagai
eminen berentitas fatamorgana
Menyelindung
ribuan misteri dibaliknya
Berdasi,
Namun tak berhati
Berparas debur ombak
Namun merundung culas
Laksana singa
(Baca juga: kebun air mata)
Penyandang
gelar pasak kunci rimba
Membakar
gairah berselimut auman
Menuju
sudut-sudut negeri
Bergema
Berderam
Memenuhi
bumantara tanpa ragu
Bertaki,
Merengkuh
derita penghuni berselimut kardus
Bertaki,
Menyokong pendidikan kaum pemain musik kempyeng
Bertaki,
Menilik lambung turunan adam nan meronta
(Baca juga: bukan puisi ibu)
Namun
???
Kau
cerabut hak para pengais recehan
Kau
jerahak puak kolong jembatan
Kau
kupas moneter yang terombang angin
Lalu?
Keraskan
naungan tanpa pemrakarsa kami
Bukan
sekedar bermeditasi
Menjadi
pagar tanpa makna
Antirogo, 17 Oktober 2020
Sumber gambar: madrasahdigital.co
Penulis merupakan siswa MA Unggulan Nuris kelas XII IPA 1 dan aktif di kegiatan penulisan kreatif sastra