Tiga Tahun Mengabdi, Santri Ini Lebaran di Negeri Piramida sebelum Menempuh Pendidikan di Kairo

Pesantren Nuris – Muhammad Zaki Mubarak, akrab disapa Zaki adalah salah satu santri Nuris yang berhasil menyusul kakak kelasnya kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Zaki merupakan alumni MA Unggulan Nuris angkatan ke-6 yang berhasil menempuh pendidikan di luar negeri dengan beasiswa penuh tahun ini.

Masa penantian sembari menunggu panggilan kloter pemberangkatan, ia gunakan untuk mengabdi dan menemani para santri belajar di Pesantren Nuris Jember. Tekad kuat untuk terbang menuju kampus Islam tertua di dunia itu begitu mantap yang dibuktikan dengan masa penantiannya selama sekitar dua tahun sejak 2019 silam, dan kini sedang menjalani karantina di Jakarta untuk melengkapi beberapa proses pemberangkaran pada Selasa, 11 Mei 2021 lalu.  

Pada pemberangkatan ini, terdapat sejumlah 25 orang peserta penerima beasiswa yang berangkat ke Mesir, dengan rincian 15 laki-laki dan 20  perempuan dari berbagai pesantren dan lembaga pendidikan di seluruh penjuru Indonesia.

(baca juga: Wabah Virus Corona menurut Alumni Nuris yang Kuliah di Guangzhou China)

“Pemberangkatan ini bisa dibilang lama nunggu juga mendadak berangkatnya. Mendadak karena memang tiba-tiba dihubungi pihak Dubes untuk segera siap-siap dan langsung disediakan tiket penerbangan. Dibilang kelamaan karena lama menunggu, sekitar dua tahun lebih. Kemarin lusa dihubungi dan diminta untuk menyiapkan visa dan berbagai perlengkapan sebagai bekal menuju Mesir” Ucap Zaki. 

Golden tiket ini ia peroleh setelah berhasil mengikuti semua tes dari Kedubes Mesir, yang diikuti oleh sekitar dua ribu peserta dan disaring menjadi 25 orang yang berhak mendapatkan beasiswa dengan ketentuan jurusan kuliah yang telah ditentukan. 

Kesempatan ini tidak diraih secara cuma-cuma, jerih payah dan keringat dingin ia curahkan demi mendapatkan peluang tersebut. Segala persiapan demi memantaskan menjadi mahasiswa al-Azhar dan kelayakannya menjadi 25 besar ia lakukan sehingga berhak meraih beasiswa.

Di samping itu, selama penantian ia berkesempatan untuk menemani seorang syekh dari Mesir selama satu tahun, yakni Syekh Syauqi Muhammad yang kebetulan ketika itu mendapat tugas untuk mengajar di Nuris selama empat tahun.

Kesempatan emas ini ia gunakan untuk memperdalam berbagai ilmu agama dari beliau terutama ilmu gramatika dan retorika Arab, mulai dari bahasa Arab fushah sampai logat Arab ala Mesir sendiri. Tak ayal, selama dipesantren ia sering membantu taman-temanya yang kuliah di Jember untuk menyelesaikan tugas kuliah yang berbau ke-Arab-Araban dan berbagai ilmu agama lainnya. Pada beberapa kesempatan ia juga sering diajak syaikhul ma’had untuk mengikuti forum kajian ilmiyah ke-Aswaja-an al-Nahdiyah di hadapan para santri.

Golden tiket menuju Mesir ini ia raih setalah mendapat rida dan restu dari sang murabbi, KH Muhyiddin Abdusshomad, syaikhul ma’had pondok pesantren Nuris, para pengasuh serta dukungan penuh dari kedua orang tua, dan siap berjuang demi cita-cita luhur menggali ilmu di Universitas Al-Azhar.

“Saya teringat dawuh kyai yang menukil pendapat seorang ulama asal Iskandariah, Mesir, Imam Athoillah Al-Sakadari, ia berkata: ‘kaifa takhruqu laka al-‘awaid wa anta lam takhruq bin nasfsika al-‘awaid’ (bagaimana munkin kamu menjadi orang yang luar biasa sedangkan usahamu masih biasa-biasa saja),” imbuh santri asal Kecamatan Panti, Kabupaten Jember itu.[Hidayatullah]

Related Post