Penulis: Yosni Ayu*
Enam belas tahun silam, jantung menjelma pualam
Dekap lekas rimbun gelam, ujung bunga yang menikam
Perlahan, pada sebatang dahan ia melontar salam
Salam sehalus kapas terambang di cakrawala
Serupa pupus yang bergegas menebar jumpa
Pada mimpi dan surga di telapak kakinya
(Baca juga: jalan panjang hijabku)
Entah, sebaris kata apa yang mampu kulepas
Padanya?
Titah, sebaris katanya tidak mampu kurampas
Lukanya!
Tuhan memilihnya sebagai selimut hangat
Nyaman mirip buih dan dawai yang lekat
Dan keringat yang lebat ia malaikat hebat
Aku kuat serupa pohon bertangkai kawat
Kulayangkan pesawat kertas berisi izin
Dari tangan kasar sebentuk keinginan
Memeluk denyut jantung segala ingin
Lampu jalan berpendar matamu nyaman
(Baca juga: arti pesantren)
Bunga mawar merah di taman firdaus
Menuang jejak yang tak akan berhembus
Pada ritual berpisah hingga isrofil menembus
Ladang hatimu, tempatku berteduh sebagai pupus
Di hadapan kasih dan kisah dari sang rabbi
Kubentang buih dosa dan menimbun rindu suci
Untuk hidup abadi bersamanya nanti.
Sumber gambar: momyasia.id
Penulis merupakan alumni SMA Nuris Jember