Penerjemah: KH. Muhyiddin Abdusshmad
Kata “akhlak” adalah kata serapan dari bahasa Arab: akhlâq. Ia merupakan bentuk jamak dari kata “khuluq”. Kata akhlâq telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai ‘akhlak’ dan lebih sering digunakan dalam bahasa Indonesia dari pada kata khuluq. Selain itu, dalam bahasa Arab kontemporer, kata akhlaq menjadi istilah tersendiri.
Imam Al Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:
فَالْخُلُقُ عِبَارَةٌ عَنْ هَيْئَةٍ (فِى) النَّفْسِ رَاسِخَةٍ عَنْهَا تَصْدُرُ اْلأَفْعَالُ بِسُهُوْلَةٍ وَيُسْرٍ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلَى فِكْرٍ وَرَوِيَّةٍ. فَإِنْ كَانَتِ الْهَيْئَةُ بِحَيْثُ تَصْدُرُ عَنْهَا اْلأَفْعَالُ الْجَمِيْلَةُ (اَلْمَحْمُوْدَةُ) عَقْلاً وَشَرْعًا ، سُمِّيَتْ تِلْكَ الْهَيْئَةُ خُلُقًا حَسَنًا؛ وَإِنْ كَانَ الصَّادِرُ عَنْهَا اْلأَفْعَالَ الْقَبِيْحَةَ، سُمِّيَتِ الْهَيْئَةُ الَّتِى هِىَ الْمَصْدَرُ خُلُقًا سَيِّئًا… (الغزالى، إحيآء علوم الدين، ج. 3، ص. 73)
Akhlak adalah ungkapan yang menggambarkan keadaan batin yang kuat sebagai sumber lahirnya tingkah laku secara mudah dan spontan tanpa memerlukan proses berpikir. Jika yang lahir dari keadaan batin itu tingkah laku yang baik secara akal dan syariat, maka keadaan batin itu lazim disebut akhlak yang baik; sebaliknya, jika yang lahir adalah tingkah laku buruk, maka keadaan batin itu pun disebut akhlak yang buruk… (Al Ghazali, Ihyâ’ Ulûm ad-Dîn, Juz 3, h.73)
Jadi, pada dasarnya, akhlak adalah kondisi kejiwaan seseorang. Sesuatu yang tidak kasat mata. Tapi dalam praktiknya, kita sering menyebut orang yang bertingkah laku baik sebagai orang yang baik akhlaknya. Padahal, tingkah laku tersebut hanyalah tanda bahwa yang bersangkutan memiliki akhlak atau ‘keadaan batin’ yang baik, meski itu belum pasti.
(baca juga: Mazhab Imam Al Syafi’i)
Hanya saja pemahaman semacam itu bisa juga dibenarkan. Sebab, dalam bahasa Arab kontemporer, akhlak diartikan sebagai:
…مَجْمُوْعَةُ صِفَاتٍ نَفْسِيَّةٍ وَأَعْمَالُ اْلإنْسَانِ الَّتِى تُوْصَفُ بِالْحُسْنِ أَوِ القُبْحِ… (احمد مختار عمر، معجم اللغة العربية المعاصرة، ج. 1، ص. 688)
…sekumpulan sifat-sifat psikis, dan tingkah laku seseorang yang dapat diberi predikat baik atau buruk… (‘Umar, Mu’jam al-Lughah al-‘Arabiyyah al-Mu’âshirah, h. 688).
Keadaan batin seseorang itu terlihat melalui tingkah lakunya. Bejatnya tingkah laku tak lain merupakan pancaran dari keadaan batin yang bejat. Apa yang ‘di dalam’ sering kali mempengaruhi sesuatu yang ‘di luar’. Sebagai contoh, tutur kata yang buruk, caci maki, sumpah serapah merupakan cerminan dari hati yang buruk pula.
Bagaikan sebuah kendi yang berisi air jernih, apabila dituangkan yang keluar dari moncong kendi tersebut adalah air jernih. Sebaliknya, apabila kendi tersebut berisi air comberan, maka yang keluar dari moncong kendi tersebut, tentu berupa air comberan pula. Sebagaimana diungkap dalam sebuah syair:
لَا يُعْجِبَنَّكَ مِـنْ خَطِيْبٍ خُطْبَةً حَتَّى يَكُوْنَ مَـعَ الْكَلَامِ أَصِيْلًا
اِنَّ الْكَلَامَ لَفِى الــفُؤَادِ وَإِنَّـــمَا جُعِلَ اللِّسَانُ عَلَى الـفُؤَادِ دَلِيْلًا
(جواهر الادب، ص 718)
Janganlah sekali-kali engkau kagum kepada pidato seseorang. Sehingga ada kesesuaian antara apa yang disampaikan dengan perbuatannya. Pembicaraan yang sebenarnya itu ada di dalam hati. Lidah diciptakan Tuhan menjadi tanda apa yang ada di dalam hati (Jawahir al-Adab, h. 718)
Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata “akhlak” adalah tingkah laku itu sendiri. Selain itu, kita juga mengenal kata “akhlak” yang berarti adab, budi bahasa, budi pekerti, etika, integritas, karakter, kelakuan, moral, perangai, sila, sopan santun, susila, tabiat, watak, dan tata krama. (Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi I (2008).[]
Editor: Achmad Faizal