Anjuran Bersikap Rendah Hati

وَلَسْتُ فِى التَّأْلِيْفِ مَــنْ تَأَهَّلاَ            لَكِنَّ الاِضْطِرَارَ يَــدْعُوْ اْلعَمَلاَ

Mengarang ini bukan karena bisa

tapi karena keadaan terpaksa

فَمَنْ يَجِدْ فِيْهِ أَشَــــــدَّ الْخَلَلِ            فَلْيُصْلِحَنْهُ عَــــــقِبَ التَّأَمُّلِ

Maka kalau terdapat salah isinya

pikir dulu perbaiki sesudahnya

Syarah:

Dalam menulis, Penggubah Nazam memberikan kata sambutan dengan rendah hati (tawadu’). Ia mengaku tidak ahli menulis nazam ini, namun ia menyadari bahwa niat baik yang kuat telah mendorongnya untuk menulis. Sikap rendah hati ini dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw dalam salah satu sabdanya:

إِنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوْا حَتَّى لاَ يَفْخَرُ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ (رواه مسلم)

“Sesungguhnya Allah Swt telah memberi wahyu kepadaku (yang berisi): hendaklah kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak seorang pun beradu bangga diri kepada orang lain (di antara kalian)!” (HR. Muslim)

(baca juga: Bahtsul Masail: Dilematis antara Wajib Iddah dan Tugas Kampus)

Orang yang rendah hati, santun dan tidak suka memuji dirinya sendiri, dia akan mendapatkan kedudukan yang mulia di tengah-tengah masyarakat, tidak seperti orang yang sombong selalu menepuk dada dan merendahkan sesama, dia akan menjadi manusia yang ditinggalkan dan direndahkan oleh masyarakat. Seorang penyair berkata:

تَوَاضَعْ تَكُنْ كَالْبَدْرِ تُبْصَرُ وَجْهُهُ … عَلَى صَفَحَاتِ الْمَاءِ وَهُوَ رَفِيْعُ

وَلاَ تَكُ كَالدُّخَانِ يَعْلُوْ بِنَفْسِهِ … إِلَى صَفَحَاتِ الْجَوِّ وَهُوَ وَضِيْعُ

أضواء البيان * (2/ 90)

Tawadhu’lah (Rendahkanlah hatimu) maka engkau akan menjadi seperti bulan purnama yang nampak bayangannya di hamparan air padahal ia berada di angkasa. Janganlah engkau menjadi seperti asap yang menjulang tinggi di angkasa padahal ia berada di bawah. (Adwa’u Al-Bayan, Juz 2 H. 90)

Maka dari itu, Penggubah Nazam ini meminta saran dan kritik ketika pembaca yang budiman menemukan kesalahan dalam kitab ini. Namun demikian, saran dan kritik itu tidak asal-asalan. Harus merupakan kritik dan saran yang sudah matang dan sudah direnungkan berulang-ulang. Meminta nasihat, saran dan kritik merupakan anjuran al-Qur’an. Firman Allah Swt.

وَالْعَصْرِ * إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَفِى خُسْرٍ * إِلاَّ الَّذِيْنَ ءٰامَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالْصَّبْرِ (سورة العصر: 1-3)

Demi waktu, sesungguhnya manusia itu (berada) dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, dan saling ingat-mengingatkan dalam hal kebenaran dan kesabaran (Qs. Al-‘Ashr: 1-3).[AF.Editor]

*Terjemahan Kitab Tarbiyatus Shibyan oleh KH. Muhyiddin Abdusshomad

Related Post