Tata Krama kepada Guru (Bagian #1)

Pertama: Hormat kepada Guru

فَقَبْلَ كُلِّ عَـــمَلٍ تَعَلَّمَـــــــا             عِلْمًـــــا لَهُ مُوَقِّرًا مُعَلِّمَـــــا

Sebelum kerja belajarlah ilmunya

 agar manfaat hormatilah gurunya

وَاسْكُنْ إِذَا وَاجَـــهْتَهُ وَقُمْ أَجِبْ          سُؤَالَهُ مُـــطْرِقَ رَأْسٍ وَارْتَقِبْ

Diam hormat bila bertemu gurunya

berdiri tunduk jawab pertanyaannya

Syarah:

Dalam menuntut ilmu, seorang pelajar wajib hormat dan takzim kepada guru. Mengapa? Karena jangankan manusia, Allah Swt saja menghormati bahkan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu, dalam firman-Nya:

…يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ ءٰامَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجٰـتٍ… (سورة المجادلة: 11)

…maka Allah Swt meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa tingkat… (Qs. Al-Mujâdilah: 11)

Kata Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki dalam kitab Istikhrajul la’ali wal Almas hal 59:

تَعْظِيْمُ الشَّيْخِ دَاخِلٌ فِيْ قَوْلِهِ تَعَالَى: “وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللهِ فَإنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ [الحج/32]”

Mengagungkan guru termasuk dalam firman Allah Swt: “barang siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka hal itu timbul dari ketakwaan hati. (QS. Al Hajj: 32)”

Orang yang tidak menghormat guru diancam tidak akan diakui sebagai umatnya. Na’udzubillah min dzalik. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits:

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِت رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم: لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيْرَنَا, وَيَرْحَمْ صَغِيْرَنَا, وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ. (رواه احمد)

Dari Ubadah bin Shamid Ra, Rasulullah Saw bersabda: Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormat kepada yang lebih tua dan tidak mengasihi kepada yang lebih muda dan tidak tahu pada hak-hak orang yang alim (tidak menghormat guru). (HR. Ahmad)

(baca juga: Bagaimana Hukum Memakai Surban)

Itulah sebabnya maka menghormati guru merupakan salah satu kunci sukses dalam mencari dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Allah Swt tentu tidak rela dan akan murka ketika kita tidak menghormati orang yang dimuliakan oleh Allah Swt. Sebaliknya Allah Swt akan memberikan rahmat dan berkahnya kepada orang yang dimuliakannya. Inilah makna ucapan Az-Zarnûjîy:

اعْلَمْ بِأَنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ لاَ يَنَالُ الْعِلْمَ وَلاَيَنْتَفِعُ بِهِ إِلاَّ بِتَعْظِيْمِ الْعِلْمِ وَأَهْلِهِ وَتَعْظِيْمِ اْلأُسْتَاذِ وَتَوْقِيْرِهِ. قِيْلَ مَا وَصَلَ مَنْ وَصَلَ إِلاَّ بِالْحُرْمَةِ، وَمَا سَقَطَ مَنْ سَقَطَ إِلاَّ بِتَرْكِ الْحُرْمَةِ. وَقِيْلَ الْحُرْمَةُ خَيْرٌ مِنَ الطَّاعَةِ… (تعليم المتعلم، ص. 15)

Hendaklah engkau ketahui bahwa seorang penuntut ilmu tidak akan memperoleh ilmu dan merasakan manfaatnya kecuali dengan menghormati orang yang berilmu dan menghormati guru. Konon, tidak akan berhasil seseorang itu kecuali dengan (memupuk) rasa hormat, dan tidak akan gagal ia kecuali sebab tidak punya rasa hormat. Dan konon pula, memiliki rasa hormat itu lebih utama dari pada ketaatan… (Ta’lîm al-Muta’allim…, h. 15)

Hanya demi menghormati seorang guru, ‘Ali ibn Abû Thâlib Ra pernah mengatakan dalam bentuk untaian hikmah, sebagaimana dikutip oleh Az-Zarnûjîy:

أَنَا عَبْدُ مَنْ عَلَّمَنِى حَرْفًا وَاحِدًا: إِنْ شَآءَ بَاعَ وَإِنْ شَآءَ أَعْتَقَ وَإِنْ شَآءَ اِسْتَرَقَّ (تعليم المتعلم ، ص. 15-16)

Aku adalah budak orang yang telah mengajariku satu huruf: kalau mau, bolehlah ia menjualku; kalau mau, boleh juga ia memerdekakan aku; atau kalau mau, bolehlah ia tetap memperbudakkan aku … (Ta’lîm al-Muta’allim…, h. 15-16)

Selanjutnya Sayyidina ‘Ali ibn Abu Thalib Ra berkata:

رَأَيْتُ أَحَـقَّ الْحَقِّ حَـقَّ الْمُعَلِّمِ             وَأَوْجَـبَهُ حِـفْظًا عَلَى كُلِّ مُسْلِمِ

لَقَدْ حَقَّ أَنْ يُهْدَى إِلَيْهِ كَرَامَةً              لِتَعْلِيْمِ حَرْفٍ وَاحِدٍ أَلْفُ دِرْهَمِ

(تعليم المتعلم ، ص. 16)

Bagiku, hak yang paling berhak dijaga oleh setiap orang Islam ialah hak seorang guru. Sungguh pantas dihadiahkan kepadanya seribu dirham sebagai penghormatan, untuk pelajaran satu huruf yang telah ia sampaikan (Ta’lîm al-Muta’allim…, h. 16)

Implementasi penghormatan kepada guru diwujudkan melalui tiga sikap. Pertama, bersikap tenang ketika bertemu guru. Kedua, menundukkan kepala dan menjawab dengan sopan ketika ditanya oleh guru. Dan ketiga, siap siaga jika sewaktu-waktu dipanggil dan dibutuhkan oleh guru.

Beberapa sikap tersebut adalah suri teladan dari para sahabat Nabi Saw ketika mereka berinteraksi dengan Rasulullah Saw. Misalnya diam dan menundukkan kepala di hadapan guru itu dicontohkan oleh para sahabat ketika berada di hadapan Rasulullah Saw, tersebut dalam sebuah hadis:

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ شَرِيْكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, فَإِذَا أَصْحَابُهُ كَأَنَّ عَلَى رُءُوْسِهِمُ الطَّيْرَ (رواه الطبراني المعجم الكبير ج 1, ص 75)

Dari Usama bin Syarik Ra, dia berkata, aku pernah menghadap Rasulullah Saw dan aku melihat para sahabat seolah-olah di atas kepala mereka ada burung, yakni mereka diam dan menundukkan kepala (HR. Thabrani, Al Mu’jam Al Kabir, Juz 1 H. 75)

Begitu juga berdiri sebagai simbol dari rasa hormat dan siaga menerima perintah dari guru merupakan pelaksanaan dari apa yang pernah diperintahkan oleh Rasulullah Saw kepada sahabat Anshor:

عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِي قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلْأَنْصَارِ, قُوْمُوْا إِلَى سَيِّدِكُمْ أَوْ خَيْرِكُمْ (رواه مسلم)

Dari Abi Said Al Khudri beliau berkata, “Rasulullah Saw bersabda kepada sahabat Anshar, “Berdirilah kalian untuk tuan kalian atau yang paling baik diantara kalian.” (HR. Muslim)

Sedangkan mencium tangan guru, orang tua dan orang-orang saleh itu meneladani perilaku sahabat nabi kepada Nabi Saw sebagaimana terungkap dalam hadits berikut:

عَنْ زَارِعٍ وَكَانَ فِيْ وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالَ لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِيْنَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا فَنُقَبِّلَ يَدَ النَّبِي صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَهُ (رواه ابو داود)

Dari Zari’ Ra, ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais, beliau berkata, “Ketika sampai di Madinah, kami segera turun dari kendaraan, kemudian kami mengecup tangan dan kaki Nabi Saw (HR. Abu Daud).[AF.edit]

*Terjemahan Kitab Tarbiyatus Shibyan oleh KH. Muhyiddin Abdusshomad

Related Post