Sajak-Sajak Dingin Pemilik Tangan Mungil

Ulasan: Ayu Novita Sari*

Menghadirkan fantasi dalam sebuah narasi cukup mudah jika dibayangkan. Tetapi apakah akan mudah juga ketika dilakukan secara nyata? Tentu tidak. Bergerak perlahan, sedikit demi sedikit dengan kesederhanaan kata demi kata hadir merangkai kisah agar terbaca dengan lembut. Kalimat pengantar ini cukup untuk mengantarkan literasi mereka pada wadah yang akan nanti akan mereka baca kembali, karena proses akan membuat mereka belajar bagaimana perihnya berusaha untuk terus konsisten. Sajak-sajak ini dipersembahkan penuh kejujuran oleh beberapa tangan siswa SMP kelas 7-A untuk para pembaca pertama mereka.

Sore Hari

Oleh: Evandy Randhika Pratama Putra

Sore hari angin berhembus pelan
Ditambah cuaca petang
Malam hari terasa dingin
Karena hembusan angin yang kencang

Siang hari pergi ke pantai
Melihat daun yang berguguran
Sore hari sedang bersantai
Melihat lihat matahari yang kemerahan

Musim semi telah datang
Langit pun terlihat cerah
Di saat hari mulai terlihat petang
Bunga-bunga terlihat merah

(baca juga: Pesan Harmoni dari Santri untuk Kebhinekaan Indonesia melalui Sastra)

Desaku

Oleh: Dwi Andika Rahmat Wijaya

Matahari terbit menjelmas langit biru
Bunga-bunga bermekaran di tempat rindu

Desaku yang ku rindu tak terbayang jasamu
Orang tuaku pergi mencari nafkah ditempatmu

Desaku yang dulunya indah tak lagi ku pandang
Sawah-sawah luas tak lagi terpandang

Akibat sampah yang menyusahkan
Yang indah pun tak akan sama lagi

Akibat ulah-ulah pengotor membuah sampah
Desaku yang ku cinta tak akan sama lagi jika terus begini

Demi itu mari membuang di tempat yang benar
Masa indahku di desaku yang indah

Akan selalu dinanti
Ku doakan agar selalu terjaga

Bulpoin

Oleh: Adi Putra

Sebuah bulpoin
Yang memiliki isi tinta
Digunakan untuk belajar
Tanpa bulpoin aku tidak pintar seperti ini

Setiap hari menemaniku
Tanpa bulpoin hidupku tidak akan seperti ini
Yang memiliki banyak ilmu

Terima kasih
Sudah menemaniku selama ini
Jika kamu tidak ada aku tidak akan sukses seperti ini

Kadal

Oleh: Bintang Adellexa Yoviansyah

Kadal, hewan yang bukan sembarangan
Kadal hewan yang mondok di dalam toples
Setiap hari dia mengaji di dalam toples dan berdoa agar cepat lulus mondok

Tetapi kadal tidak pernah sedih, tidak pernah melanggar
Setiap hari kadal melakukan tugasnya dengan sabar dan penuh perhatian

*pengantar ulasan adalah alumni SMA Nuris Jember tahun 2019

Related Post