Menghormati Orang Tua, Pintu Utama agar Dikaruniai Anak Saleh

Jasa-jasa Kedua Orang Tua

اَلأُمُّ وَاْلأَبُ يُــــــرَبِّيَـــانِ            لِكَيْ تَكُوْنَ أَكْمَـــلَ اْلإِنْسَـــــا نِ

Ayah ibu mendidik kita semua

 agar kita menjadi insan mulia

Syarah:

Tidak satu pun dari orang tua—sekalipun bukan orang baik—yang mengharapkan anaknya menjadi orang jahat. Setiap orang tua selalu melakukan yang terbaik untuk anaknya. Menjadi anak sukses yang dapat membanggakan kedua orang tuanya.

Namun, bagi orang tua, kesuksesan anak itu menjadi sia-sia apabila anak tersebut tumbuh besar menjadi anak yang durhaka. Anak yang tidak sopan dan tidak berbakti kepada orang tuanya. Setiap orang tua selalu berharap agar buah hatinya itu menjadi anak yang berbakti. Anak saleh atau salihah yang membanggakan dan mendoakan orang tuanya.

Usaha untuk mencapai keinginan tersebut harus dimulai dari sekarang, ketika kita masih menjadi murid. Rasulullah Saw memberikan satu tuntunan, bahwa jika kita ingin kelak diperlakukan baik oleh anak kita, hendaklah kita memperlakukan orang tua kita dengan baik pula. Nabi Muhammad Saw bersabda:

عَنْ جَابِرٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِرُّوْا ءَآبَآءَكُمْ تَبِرَّكُمْ أَبْنَآءُكُمْ…،_رواه الحاكم

Dari Jabir, Rasulullah bersabda, Perlakukanlah (kedua) orang tuamu dengan baik; maka anak-anakmu pun akan memperlakukanmu dengan baik…, _HR. al-Hâkim

Menghormati orang tua adalah pintu utama agar nanti kita dikaruniai anak saleh. Agar dapat menghormati orang tua dengan sungguh-sungguh, maka kita perlu terus mengenang jasa mereka yang sangat besar bagi kehidupan kita. Sebesar-besarnya jasa para ilmuwan, profesor, doktor, atau bahkan ulama sekalipun, masih jauh lebih besar jasa ibu dan ayah dalam merawat dan membesarkan anaknya.

(baca juga: Hujjah Aswaja: Berdzikir dengan Cara Berjamaah)

 Pertama: Jasa-jasa Ibu

قَدْ حَمَلَتْكَ اْلأُمُّ بِـــالْمَشَقَّـــةِ           وَوَضَعَتْ فَأَرْضَعَتْ حَـــــضَنَتِ

Ibu mengandungmu dengan sangat payah  

melahirkan menyusui dengan susah

حَتَّى يَكُوْنَ ثَوْبُهَـــا مَبْلُوْلَـةْ           بِبَوْلِ غَآئِـــــطِكَ كُلَّ حَـــــالَةْ Hingga alasnya dan pakaiannya basah

 dengan kencing dan berakmu tanpa resah

ِلذٰاكَ فَـــــالْجَنَّةَ لاَ تَدْخُلُهَــا           إِلاَّ إِذَا أَطَعْتَ أَيْ أَرْضَيْتَهَـــــــا

Engkau tidak akan masuk ke surga

 jika tidak taat pada orang tua

Syarah:

Sungguh tak terhingga besarnya jasa-jasa ibu kepada anaknya, hingga Allah Swt merekam jasa-jasa itu dalam al-Qur’an agar setiap manusia ingat akan jerih payah sang ibu dalam merawatnya:

وَوَصَّيْنَا اْلإنْسٰـنَ بِوٰلِدَيْهِ إِحْسٰـنًا؛ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا، وَحَمْلُهُ وَفِصٰلُهُ ثَلـٰـثُوْنَ شَهْرًا… (سورة الأحقاف: 15)

dan Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua ibu dan bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan… (Qs. Al-Ahqâf: 15)

Letih saat mengandung selama kurang lebih sembilan bulan, letih saat menyusui selama kurang lebih dua tahun, letih ketika merawat, menjaga, mendidik; ditambah menyucikan popok, pakaian, bantal, dan selimut. Itu pun masih ditambah dengan dikencingi, diberaki, dan dimuntahi. Dan masih banyak lagi.

Sungguh, tanpa jerih payah seorang ibu, mustahil kita bertahan hidup hingga dewasa. Itu sebabnya, sangat tepat ketika Nabi Muhammad Saw bersabda:

اَلْجَنَّةُ تَحْتَ أَقْدَامِ اْلأُمَّهَاتِ_رواه أحمد

Surga di telapak kaki ibu_HR. Ahmad

Betapa luhur seorang ibu itu, hingga Surga pun berada di bawah telapak kakinya. Sekalipun surga itu indah, penuh kenikmatan, dan serba ada, namun kedudukannya dalam Islam masih jauh di bawah ibu.

Jika ada anak yang berkata, “Aku tidak minta dilahirkan, dirawat, dan dilindungi?” Maka jawablah kepadanya, “Memang engkau tidak minta dilahirkan, tetapi coba tanyakan pada hatimu, mengapa ibumu tidak membuangmu ke tong sampah saja begitu engkau lahir dari rahimnya dan tidak perlu merawatmu?!”

Uraian tentang jasa-jasa ibu lebih didahulukan dari pada ayah. Hal ini didasarkan kepada salah satu sabda Nabi Muhammad Saw yang menyebutkan kewajiban berbakti kepada ibu sebanyak tiga kali sementara kepada ayah hanya sekali. Nabi Saw bersabda:

قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلرَّجُلِ الَّذِى سَأَلَ قَآئِلاً: مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ صُحْبَتِى؟ قَال صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أَبُوْكَ_رواه البخاري ومسلم

Rasulullah Saw pernah bersabda kepada seseorang yang bertanya kepada beliau tentang siapakah di antar kedua orang tuanya yang paling berhak mendapatkan perlakukan terbaik; sabda beliau: “Ibumu!”
“Kemudian siapa, Ya Rasul?”
“Ibumu.”
“Kemudian siapa, Ya Rasul?”
“Ibumu.”
“Kemudian siapa, Ya Rasul?”
“Ayahmu.” HR. al-Bukhari dan Muslim[AF.Editor]

*terjemahan Kitab Tarbiyatus Shibyan oleh KH. Muhyiddin Abdusshomad, Syaikhul Ma’had Pesantren Nuris Jember

Related Post