Apa Hukum Mempelajari Ilmu Falak Atau Ilmu Nujum?

Penulis: Roith Husain*

“Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang yang beredar dan terbenam,”  (QS. At Taqwir : 15-16)

Tak lengkap rasanya jika tak tahu apa itu ilmu Astronomi atau falakiyah dan ilmu astrologi atau ilmu nujum. Dua ilmu ini adalah ilmu yang saling berkaitan, ilmu astronomi atau falak adalah ilmu yang membahas tentang perhitungan pergerakan benda-benda di langit guna untuk menentukan arah kiblat, waktu shalat, hilal dan sebagainya.

Sedangkan ilmu nujum atau astrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang posisi bintang, bulan, matahari dan benda benda lainnya dimana ilmu ini digunakan para dukun untuk mengetahui nasib manusia dangan landasan melihat rasi bintang yang menempati wilayah-wilayah di angkasa.

(Baca juga: nikah paksa dalam perspektif fikih)

Di dalam Islam tak hanya pakar-pakar di bidang kesehatan, fiqh, dan teknologi saja, namun dalam dunia astrologi juga mempunyai kontribusi dalam perkembangan dunia perbintangan. Salah satunya ialah Al-Battani, beliau adalah ulama yang sukses menentukan perkiraan awal masa bulan baru. Beliau pengarang kitab Al-zij yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa latin “De Scienta Stellarum”.

Kitab ini berisi tentang hasil peneropongan Al-Battani terhadap beberapa bintang yang menetap di langit. Tak ayal penemuan ini sangat bermanfaat bagi bangsa Arab, bahkan juga seluruh umat manusia juga ikut merasakan manfaat penemuan beliau.

Ilmu astronomi juga banyak memiliki manfaat, diantaranya untuk mengetahui waktu sholat, mengetahui arah kiblat, mengetahui awal bulan Qomariyah dan mengetahui waktu penentu gerhana.

(Baca juga: bahaya riya)

Pada dasarnya hukum mempelajari ilmu falak adalah fardlu kifayah, yaitu apabila setiap orang dalam sebuah balad (desa atau daerah) sudah ada yang mempelajarinya, maka kewajiban untuk belajar ilmu ini gugur.

Rubu’ al-mujayyab adalah alat yang paling sering digunakan oleh para ahli falak untuk menghitung fungsi geniometri benda-benda di langit. Alat berbentuk seperempat lingkaran bumi ini, diciptakan oleh Ibn Al-syatir pada kurun waktu -14 Masehi. Dan sampai sekarang alat ini tetap eksis digunakan oleh para ahli falak.

Di sisi lain, ilmu nujum atau astrologi adalah ilmu yang menterjemahkan atau mentafsir tentang kenyataan dan keberadaan manusia dengan menggunakan benda-benda langit sebagai pacuannya. Biasanya ilmu ini sering dikaitkan-kaitkan dengan ramalan-ramalan para dukun tentang bagaimana nasib manusia selanjutnya.

Ilmu ini dibagi menjadi dua yaitu Ilmu at-Ta’tsiir dan ilmu at-Tasyiir.  Ilmu at- ta’tsiir adalah ilmu yang menggunakan bintang sebagai penentu nasib manusia. Biasanya ilmu ini sering digunakan oleh dukun untuk meramal nasib manusia. Hukum mempercayai ilmu At-ta’tsiir adalah syirik dan banyak mudlaratnya.

Rasulullah SAW pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab sunannya dengan sanad yang shahih dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma yaitu :

مَنِ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ

“Barangsiapa mempelajari satu cabang dari ilmu nujum, maka seungguhnya ia telah mengambil satu bagian dari ilmu sihir, semakin bertambah(ilmu yang dipelajarinya), maka semakin bertambah pula (dosanya)” [HR. Abu Dawud (no. 3905)]

Sedangkan At-tasyir adalah ilmu yang mempelajari peredaran bintang itu sendiri. Ilmu ini hampir mirip dengan ilmu falak, karena objek dari kedua ilmu ini sama yakni benda-benda langit dan orbitnya. Perbedaannya adalah, ilmu falak mempelajari tentanglintasan benda-benda langit sebagai penentu arah dan penentu waktu di bumi. Sedangkan ilmu nujum digunakan untuk mempelajari lintasan benda-benda langit untuk digunakan sebagai kemaslahatan kehidupan dunia seperti memudahkan arah tujuan, pengetahuan tentang berakhirnya musim, kondisi cuaca, penyebaran wabah dan lainnya.

Semoga dari ulasan di atas kita bisa mewaspadai ilmu manakah yang boleh kita pelajari, dan yang tidak boleh kita pelajari. Semoga kita semua mendapatkan barokahnya juga manfaatnya bagi kemaslahatan bangsa dan agama amin yaa rabbal alamin.

Sumber gambar: ilmuastronomi.org

Penulis merupakan siswa kelas XII TKJ Axioo SMK Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post